BENGKULU. Tren minum kopi di Indonesia saat ini sedang memasuki masa yang menggembirakan. Semakin banyak bermunculan warung-warung kopi lokal yang menawarkan kopi — baik arabika atau robusta — dengan citarasa yang nikmat. Sayangnya, banyak petani kopi yang tidak merasakan langsung dampak ini. Kopi yang mereka panen dibeli dengan harga murah untuk selanjutnya dijual dengan harga yang berkali-kali lipat. Untuk mengatasi hal ini, Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Serikat Petani Indonesia (SPI) Bengkulu memasarkan langsung kopi Bengkulu langsung ke kedai kopi.
Ketua Badan Pelaksana Wilayah (BPW) SPI Bengkulu Hendarman menyampaikan proses pemasaran langsung ke kedai kopi ini dilakukan melalui koperasi petani SPI.
“Saat ini koperasi beranggotakan 214 kk petani kopi,” kata Hendarman pagi tadi di Bengkulu (30/05).
Hendarman melanjutkan, pemasaran kopi Bengkulu dimulai dengan mengenalkan ke pengusaha lokal yang membuka kedai kopi di Kota Bengkulu.
“Selanjutnya pengusaha lokal ini memperkenalkannya ke komunitasnya di Jakarta. Alhamdulillah saat ini kopi arabika Kepahing Bengkulu sudah tersedia di beberapa gerai kedai kopi di Jakarta,” kata Hendarman.
“Melalui metode ini pendapatan petani kopi kita meningkat karena selama ini kopi dijual ke tengkulak dengan harga yang murah,” katanya lagi
Tingkatkan Kualitas
Hendarman juga mengemukakan, guna mendapatkan kopi Bengkulu dengan kualitas terbaik, SPI Bengkulu juga kerap mengadakan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kapasitas petaninya. Peningkatan kapasitas terhadap petani mulai dari teknik budidaya tanaman kopi dengan mendatangkan para ahli dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Indonesia.
Dalam pelatihan itu, kata Hendarman, petani dianjurkan mengubah jarak tanam yang selama ini hanya satu meter menjadi dua meter, melakukan pemangkasan tanaman hingga mengarahkan petani menggunakan pupuk alami non kimia.
“Setelah teknik budi daya, berlanjut ke teknik pemanenan yaitu petik merah untuk mengubah kebiasaan petani yang terbiasa memanen seluruh buah kopi, termasuk yang masih mentah,” tuturnya, menerangkan saat pelaksanaan “Workshop Kopi SPI Bengkulu” di Bengkulu (26/05).
“Petani SPI juga berlatih mengolah hasil panen mereka melalui berbagai teknik pengolahan mulai dari jenis kopi Bengkulu “specialty” dan kopi premium,” lanjutnya.
Berdaulat Pangan
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum SPI Henry Saragih menghimbau kepada para petani kopi SPI Bengkulu untuk tetap menanam tanaman pangan di samping tanaman kopi.
“Sebaiknya peruntukan lahannya dibagi, sebagian untuk kopi, sebagian laginya untuk tanaman pangan,” ungkap Henry.
Saat ini katanya, Indonesia masih diuntungkan dengan harga kopi dunia yang masih tinggi, menyusul negara produsen kopi dunia lainnya yakni Brazil saat ini sedang mengalami gagal panen, karena terjadi musim panas di negara-negara Amerika Selatan.
“Kalau suatu hari harga kopi jatuh, mau makan kopi? Kan tidak. Karena kopi bukan tanaman pangan,” imbuhnya.
Henry menambahkan, meski kopi itu berguna dan tidak merusak alam, namun jangan sampai petani (kopi) di Indonesia menjadi kesulitan suatu hari nanti.
“Inflasi tertinggi di Indonesia itu adalah tanaman pangan, jadi kalau Bengkulu sudah selesaikan urusan pangan, maka 50-70 persen urusan Bengkulu itu selesai. Tidak usah dipaksakan tanam kopi Bengkulu semua, demi terciptanya kedaulatan pangan di Bengkulu” tambahnya.
Bagaimana cara membeli green bean arabika dan robusta tp eceran, sy penikmat kopi, tp susah cari kontak person nya di bengkulu, sy klo beli di takengon atau toraja cm arabika paking cm 5 kg, apakah petani di sana bisa menjual eceran, to rencana mau buka cafe mungkin pesenan nya bisa 20 s/d 50 kg, arabika atau robusta. Terima kasih