Tanggal 2 April 2009 di London Inggris, kali kedua negara anggota G20 akan bertemu untuk membahas penyelesaian krisis global. Desakan untuk menentang proteksionisme dan menghidupkan kembali putaran Doha WTO serta skema utang bagi negara berkembang yang terimbas dampak krisis menjadi isu sentral.
G20 layaknya G8 tidak memiliki legitimasi dalam menentukan nasib rakyat didunia, alih-alih menyelesaikan krisis rakyat seperti krisis pangan, iklim, dan finansial, arah pertemuan KTT G20 adalah penyelamatan kapitalisme neoliberal dari kematian.
Kehadiran Susilo Bambang Yudhoyono dalam pertemuan tersebut terutama di akhir masa jabatannya akan mewariskan beban bagi pemerintah selanjutnya. Terutama terkait usulan Indonesia tentang Global Expenditure Support Fund hanya akan melanggengkan ketergantungan Indonesia pada IMF, World Bank dan ADB, Tiga lembaga yang harus bertanggung jawab terhadap krisis berkepanjangan yang dihadapi Negara ini.
Sebagai respon kritis terhadap KTT G20 maka kami mengadakan diskusi publik penyikapan atas pertemuan G20, yang dilaksanakan pada: