PALEMBANG. Lanjut ke Sumatera Selatan, Serikat Petani Indonesia (SPI) merayakan Hari Pangan Sedunia di Desa Bangsal, Pampangan, Kabupaten Ogan Komering Ilir. Di sini, pangan lokal yang jadi andalan adalah umbi-umbian dan susu kerbau Pampangan.
Pada Sabtu (24/10), anggota SPI berbondong-bondong merayakan Hari Pangan Sedunia bersama Ketua Umum SPI, Ketua SPI Sumatera Selatan dan Ketua-ketua Cabang SPI di seluruh kabupaten Sumatera Selatan. Tak lupa hadir pula Kepala Desa Bangsal dan tokoh-tokoh masyarakat.
Pangan lokal yang menjadi bintang dalam perayaan kali ini adalah olahan pangan dari susu kerbau Pampangan.
“Kerbau rawa adalah salah satu ikon asli dari Desa Kuro Pampangan yang terus berusaha dilestarikan oleh kaum tani di sini,” ujar Ahmad Fitriyadi, Ketua BPW SPI Sumatera Selatan.
“Untuk perayaan Hari Pangan Sedunia 2015, kami mengolah hasil susu kerbau Pampangan ini menjadi serikaya dan puan susu,” ujar Fitriyadi lagi.
“Agar tak mengimpor beras, SPI selalu menganjurkan diversifikasi pangan: carilah pengganti beras. Nah di Pampangan ini, pangan lokal pengganti beras adalah umbi-umbian,” terang Henry Saragih, Ketua Umum SPI.
Kegiatan perayaan Hari Pangan Sedunia di Sumatera Selatan dilaksanakan di MTs Ibnul Falah (yang terjemahannya adalah anak kemenangan–atau anak petani) di Desa Bangsal. Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) ini didirikan oleh para petani yang difasilitasi oleh Kepala Desa Pak Hasan secara swadaya.
Sekolah MTs ini memiliki arti anak petani karena sebagian besar orang tua peserta didik adalah petani. Sekolah ini bertujuan agar anak para petani tidak perlu keluar desa untuk sekolah. Karena ketika air pasang, biasanya sangat sulit untuk anak-anak agar bisa pergi ke sekolah. Sekarang, anak-anak tak perlu khawatir karena lokasi sekolah mereka sudah sangat dekat.
Selain sekadar perayaan dan kumpul petani, gerakan konsumsi pangan lokal di Sumatera Selatan menjadi solusi konkret dari kebakaran dan kekeringan lahan yang marak di provinsi ini.
“Petani kecil anggota SPI bukan pembakar lahan. Kamilah penjaga lahan pertanian dengan mode produksi agroekologis yang ramah lingkungan,” lanjut Fitriyadi.
“Umbi-umbian, peternakan kerbau, bersama padi dan tanaman sayur adalah bentuk diversifikasi di lahan. Bukan monokultur yang merusak seperti perkebunan sawit,” terang dia lagi.
Sayangnya, kebakaran dan pembukaan lahan perkebunan ini pun berdampak pada kerbau di Pampangan.
“Kini sulit mengembangkan kerbau Pampangan karena terdesak lahan perkebunan. Petani kami pun cukup terganggu dengan kabut asap,” tutup dia.