JAKARTA. Dalam peringatan Hari Pangan Sedunia yang jatuh pada 16 Oktober 2011 lalu, Serikat Petani Indonesia (SPI) bekerjasama dengan Koalisi Anti Utang (KAU) dan Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Indonesia menyelenggarakan serangkaian kegiatan yang salah satunya mengajak pemuda-pemudi Indonesia untuk (lebih) peduli terhadap pangan dan mendukung terciptanya kedaulatan pangan di Indonesia.
Syahroni, Ketua Departemen Pendidikan, Kesenian, Pemuda dan Budaya SPI mengungkapkan bahwa pemuda sebagai generasi penerus sangatlah diharapkan peranannya untuk ikut membangun kedaulatan pangan di Indonesia.
“Bagi pemuda-pemudi tani yang berada di desa bisa dilakukan dengan terus bertani dengan menggunakan pertanian agroekologis dan berkelanjutan dan tetap bangga menjadi petani, sedangkan kaum muda di perkotaan, usaha untuk mendukung dan peduli terhadap kedaulatan pangan bisa diwujudkan dengan membeli hasil tani dari petani lokal terdekat,” ungkap Syahroni.
Syahroni juga mengungkapkan bahwa Hari Sumpah Pemuda yang jatuh tepat pada hari ini dapat menjadi momen yang tepat bagi pemuda untuk semakin mendukung kedaulatan pangan.
“Bertanah air satu, tanah air Indonesia; berbangsa satu, bangsa Indonesia; berbahasa satu, bahasa Indonesia, dan juga berkedaulatan satu, kedaulatan Indonesia dalam segala aspek kehidupan,” tambah Syahroni
Sementara itu, ajakan agar pemuda mendukung kedaulatan pangan bisa dianggap cukup berhasil. Hal ini dibuktikan dengan antusiasme pemuda dan mahasiswa dalam mengikuti beberapa kegiatan yang dilakukan bersama SPI, KAU, dan WALHI.
Yuyun Harmono dari KAU mengungkapkan bahwa dari diskusi-diskusi yang diselenggarakan di beberapa kampus di Jakarta, Bogor, Solo, dan Malang terlihat bahwa mahasiswa yang notabene pemuda sangat peduli terhadap pangan dan mendukung penuh agar kedaulatan pangan terwujud di Indonesia.
“Setiap diskusi di kampus-kampus yang kami datangi selalu dipenuhi oleh mahasiswa, ini berarti pemuda Indonesia masih sangat peduli dengan terwujudnya kedaulatan pangan negerinya. Petisi foto mendukung kedaulatan pangan yang kami galang juga disambut dengan antusiasme yang luar biasa” tutur Yuyun.
Salah satu indikator lainnya adalah cukup banyaknya yang mengikuti lomba “Ekspresikan Dukunganmu Terhadap Kedaulatan Pangan Lewat Foto” yang juga merupakan rangkaian peringatan Hari Pangan Sedunia 2011. Lomba yang dilakukan melalui media facebook dan twitter ini berhasil menjaring ratusan pemuda seluruh Indonesia. Lomba ini sendiri dimenangkan oleh I Made Adhi Darmawan dari Bali dengan foto ekspresinya yang berjudul “Stop Impor Pangan”, dan dua orang pemenang favorit yakni Catur Paminto Laksana asal Surabaya serta Adi Suseno dari Jakarta.
“Sudah saatnya kita bangkit dengan hasil pangan lokal dari para petani-petani lokal di seluruh pelosok Indonesia,yaitu dengan cara mengkonsumsi pangan local dan tidak perlu lagi mendatangkan bahan pangan dari luar negeri, karena Indonesia masih sangat mampu untuk menghasilkan hasil pangan yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat di pelosok Indonesia,” tutur I Made Adhi Darmawan, sang pemenang dari Bali.
Detha Arya Tifada, seorang mahasiswa dan juga anggota Green Student Movement menyampaikan bahwa kedaulatan pangan harus dipahami sebagai gagasan alternatif untuk menjawab problem krisis harga pangan yang tengah terjadi. Produksi pangan dalam negeri yang merosot merupakan akibat dari minimnya akses alat produksi petani-petani (kecil) lokal. Paradigma ketahanan pangan (saja) tak akan mampu menjawab problem diatas. Kedaulatan pangan dapat diartikan hak setiap orang, masyarakat dan negara untuk mengakses dan mengontrol aneka sumberdaya produktif serta menentukan dan mengendalikan sistem (produksi, distribusi, konsumsi) pangan sendiri sesuai kondisi ekologis, sosial, ekonomi, dan budaya khas masing-masing.
“Pangan tidak hanya melulu tentang perut yang lapar, tetapi lebih dari itu pangan dapat menjamin kehidupan yang layak bagi si petani. oleh karena itu bijaklah memilih bahan pangan yang ada,” ungkapnya.
Pandi, pemuda tani SPI asal Bogor menyampaikan bahwa dirinya merasa bangga menjadi petani karena petani adalah tulang punggung pertanian bangsa.
“Saat ini saya bertani dengan menggunakan sistem pertanian agroekologis yang berkelanjutan, saya bangga bisa menjadi bagian penting yang menjamin kedaulatan pangan di Indonesia,” ungkapnya.
Puncak dari rangkaian peringatan Hari Pangan Sedunia 2011 di Jakarta yang diselenggarakan bersama oleh SPI, KAU dan WALHI ini adalah dengan melakukan aksi pemuda peduli pangan di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, pada 16 Oktober 2011 lalu.