BENGKULU. Serikat Petani Indonesia (SPI) Kota Bengkulu melaksanakan Musyawarah Cabang (Muscab) pertamanya pada Minggu, 6 Juli 2025. Bertempat di Sekretariat SPI Kota Bengkulu, Muscab ini mengusung tema “Tegakkan Reforma Agraria Sejati, Kedaulatan Pangan dan Koperasi Jalan Petani Menuju Kesejahteraan yang Berkeadilan.”
Muscab ini diselenggarakan di tengah situasi agraria yang semakin kompleks dan mengancam kelangsungan hidup serta kedaulatan petani atas tanah mereka. Terdapat empat isu krusial yang menjadi latar belakang utama pelaksanaan Muscab ini, yaitu krisis irigasi yang telah berlangsung lebih dari 30 tahun, ketidakpastian status hukum lahan persawahan petani, ancaman proyek strategis nasional berupa pembangunan bendungan, serta konflik kawasan dengan Cagar Alam Danau Dendam Tak Sudah.
Muscab SPI Kota Bengkulu menjadi momentum penting untuk mengonsolidasikan kekuatan petani dalam memperjuangkan hak-hak agraria mereka, merumuskan strategi organisasi menghadapi ancaman penggusuran dan ketidakpastian hukum, serta mendorong negara untuk segera mengambil langkah nyata, misalnya memperbaiki sistem irigasi, mempercepat sertifikasi tanah petani, dan menghentikan proyek pembangunan yang tidak berpihak pada rakyat.
Rangkaian Muscab SPI Kota Bengkulu diawali dengan sambutan dari Ketua Panitia Pelaksana dan Ketua DPW SPI Provinsi Bengkulu, dilanjutkan dengan sidang utama yang mencakup pembentukan panitia sidang, pembahasan program kerja strategis, dan penyusunan rekomendasi. Proses pemilihan dan penetapan Ketua baru dilakukan secara demokratis melalui pengusulan, pemilihan, hingga pelantikan dan ikrar jabatan. Ketua terpilih kemudian menyampaikan pidato visi-misi dan arah gerakan organisasi ke depan. Muscab juga menghasilkan rekomendasi terkait isu strategis seperti Reforma Agraria, penolakan PSN bendungan, perbaikan irigasi, dan penyelesaian konflik konservasi, serta pernyataan sikap politik terhadap negara.
Dalam sambutannya, Ketua Dewan Pengurus Wilayah SPI Bengkulu, Hendarman Aley, menegaskan posisi SPI sebagai organisasi perjuangan Reforma Agraria dan menolak proyek pembangunan yang menggusur lahan rakyat. Ia menekankan bahwa perjuangan petani di Kota Bengkulu merupakan bagian tak terpisahkan dari perjuangan nasional petani Indonesia. Hendarman turut mendorong agar kader-kader SPI memperkuat kapasitas politik dan ideologis, serta mengingatkan bahwa perjuangan hari ini harus dilakukan secara kolektif, melibatkan seluruh elemen masyarakat tani.
Program kerja strategis yang disepakati dalam Muscab SPI Kota Bengkulu mencakup tujuh bidang utama, yaitu Kampanye dan advokasi Reforma Agraria Sejati, perbaikan sistem irigasi, konsolidasi dan perluasan organisasi, advokasi hukum atas konflik konservasi, pembangunan ekonomi kolektif petani, pendidikan politik anggota, serta penguatan aliansi dan solidaritas gerakan rakyat.
Mustafa terpilih untuk mengemban amanah sebagai Ketua Badan Pengurus Cabang SPI Kota Bengkulu. Dalam pidatonya, Mustafa menyampaikan refleksi atas kondisi petani Kota Bengkulu. Ia juga menegaskan komitmen perjuangan dan agenda prioritas kepemimpinannya. “Hari ini saya tidak hanya menerima mandat organisasi. Saya menerima panggilan sejarah untuk membela tanah sawah kita, air kita, dan masa depan anak cucu kita. Kita akan bertahan. Kita akan melawan dan kita tidak akan pernah menyerah!” serunya.