Serikat Petani Indonesia (SPI) Kabupaten Kudus menyelenggarakan Musyawarah Cabang (Muscab) pertamanya pada Jumat, 11 Juli 2025. Muscab ini menjadi momentum penting untuk memperkuat konsolidasi organisasi. Selain itu juga untuk menata ulang struktur kepengurusan SPI di tingkat cabang agar semakin solid dalam menjalankan program perjuangan.
tema “Memperkokoh Solidaritas Petani untuk Kedaulatan Pangan dan Penegakan Reforma Agraria Sejati”, Muscab ini dilaksanakan di kawasan wisata Mbalong, Desa Kesambi, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus. Acara dihadiri oleh 25 peserta yang terdiri dari anggota SPI Kudus, perwakilan basis petani perempuan, serta delegasi dari DPC SPI Jepara dan Pati.
Pelaksanaan Muscab diawali dengan sambutan dari Wahyu Utomo selaku Pengurus DPC SPI Kudus, Ibu Siti Inayah mewakili DPP SPI, Kawan Fatkhur Rohman dari DPW SPI Jawa Tengah, serta Kepala Desa Kesambi, Bapak Muhammad Masri. Setelah sesi pembukaan, forum dilanjutkan dengan pembahasan dan penetapan Tata Tertib (Tatib), serta pemilihan presidium Muscab. Sidang paripurna kemudian menjadi ruang pengambilan keputusan strategis, termasuk pemilihan anggota Majelis Wilayah Petani (MWP) utusan SPI Kudus dan penetapan Ketua DPC SPI Kabupaten Kudus periode 2025–2030.
Hasil musyawarah menetapkan Zaenuddin, seorang petani dari Desa Kesambi, sebagai Ketua DPC SPI Kudus terpilih. Dalam pidato pertamanya, Zaenuddin menekankan pentingnya kerja kolektif seluruh anggota SPI di semua tingkatan.Dalam Musyawarah Cabang tersebut, forum menetapkan Zaenuddin, seorang petani dari Desa Kesambi, Kecamatan Mejobo, sebagai Ketua DPC SPI Kudus periode 2025–2030.
Dalam sambutannya, Zaenuddin menekankan pentingnya memperkuat kerjasama antaranggota SPI di semua tingkatan. Tidak hanya itu, Zaenuddin juga menegaskan pentingnya mengembangkan ekonomi petani melalui usaha-usaha berbasis hasil pertanian untuk memperkuat ketahanan pangan, serta menjadikan koperasi petani SPI sebagai wadah perjuangan kolektif. Ia juga menyampaikan bahwa pengenalan pertanian agroekologi dan reforma agraria harus menjadi ruh perjuangan petani, yang akan mulai diimplementasikan melalui program Sekolah Lapang Tani.