Petani Perempuan: Ibu Kedaulatan Pangan, Garda Terdepan Perjuangan

Dari kiri ke kanan: Atnur Mely, Zubaidah, dan Siti Marpuah

Tanjung Jabung Timur – Petani perempuan adalah ibu kedaulatan pangan, sebagaimana tercantum dalam deklarasi petani perempuan pada Kongres V SPI. Petani perempuan mempunyai banyak peran dalam pertanian, disamping peran domestik sebagai ibu rumah tangga di keluarga petani. Petani perempuan mengolah tanah, melestarikan benih, memelihara keberlanjutan keluarga petani, bahkan berjuang mempertahankan tanah. Hal ini menjadikan petani perempuan berada di garda terdepan dalam perjuangan reforma agraria dan kedaulatan pangan.

Realita peran penting petani perempuan di garda terdepan perjuangan tersebut disampaikan oleh tiga petani perempuan dalam Pertemuan Petani Transmigran. Pertemuan ini merupakan rangkaian akhir dari Kongres V SPI yang dilaksanakan di Tanjung Jabung Timur pada Jumat, 26 Juli 2025. Pada kesempatan itu, para petani secara langsung berbagi pengalaman dan menguatkan semangat satu sama lain untuk perjuangan reforma agraria dan kedaulatan pangan. Petani perempuan juga turut hadir dan berbagi cerita perjuangannya.

Petani perempuan yang pertama berbagi cerita perjuangannya adalah Siti Marpuah, seorang petani perempuan SPI Tanjung Jabung Timur, Jambi,

Siti Marpuah dan Zubaidah bersama Henry Saragih selaku Ketua Umum SPI

“Kami para perempuan, adalah pendamping suami dalam menghasilkan produk pertanian yang berkualitas demi masa depan anak-cucu yang juga berkualitas,” ujar Siti.

Siti juga manyampaikan bahwa wawasannya bertambah seiring berjalannya waktu menjadi bagian dari SPI. “Kami mulai memahami pentingnya peran perempuan dalam menjaga kedaulatan pangan dan memperkuat ekonomi keluarga dari sektor pertanian,” pungkasnya.

Atnur Mely berbagi cerita perjuangannya dalam Pertemuan Petani Transmigran

Atnur Mely, petani perempuan dari SPI Basis Kapa, Pasaman Barat, Sumatera Barat, turut membagikan kisah perjuangannya untuk reforma agraria. Bersama sejumlah petani di daerahnya, Atnur Mely tengah menghadapi konflik agraria yang berujung pada upaya kriminalisasi terhadap petani. Atnur Mely dan sejumlah petani tersebut dituduh melanggar Pasal 107 Undang-Undang Perkebunan.

Nagari Kapa merupakan wilayah adat yang sudah sejak lama dikelola oleh masyarakat secara turun – temurun. Seiring berjalannya waktu, para petani di sana bergabung dengan SPI dan mulai bertani dalam semangat kedaualatan. “Kami bertani dengan kebahagiaan,” ujarnya.

Namun situasi berubah drastis pada 7 Oktober lalu, lahan yang dikelola petani di sana dieksekusi oleh PT. PPI, anak perusahaan Wilmar Group. Aksi ini menjadi awal dari rangkaian kriminalisasi. Atnur Mely dan beberapa petani lain yang memperjuangkan lahan merekapun digelandang ke kantor polisi oleh aparat. Hingga kini, kasus kriminalisasi ini sudah pada tahap mediasi di Kejaksaan Negeri setempat.

Atnur Mely menyampaikan harapannya kepada seluurh anggota SPI untuk terus memberikan solidaritas dan dukungan atas apa yang tengah menimpa mereka dan petani-petani di Nagari Kapa. “Saya meminta kepada teman-teman seperjuangan SPI, mohon dukungannya. Bahkan jika kami ditahan nanti tolong tetap berikan solidaritas kepada kami,” ujarnya.

“Petani perempuan adalah penerus bagi perjuangan di Indonesia,” pernyataan tegas itu disampaikan Zubaidah, Ketua DPW SPI Sumatera Utara.

Zubaidah berbagi cerita perjuangannya dalam Pertemuan Petani Transmigran

Menurut Zubaidah, petani perempuan punya peran yang sangat penting. Petani perempuan adalah garda terdepan dalam perjuangan agraria dan juga dalam perjuangan menyediakan pangan bergizi untuk keluarga. Tidak hanya itu, petani perempuan inilah yang melahirkan generasi muda tangguh yang bisa melanjutkan perjuangan nantinya.

“Dengan berorganisasi kita bisa berjuang, dengan berorganisasi kita bisa berjuang bersama. Mari tetap semangat untuk terus berjuang!” serunya.

Cerita perjuangan ini adalah babak kecil dari rangkaian panjang perjuangan petani perempuan. Dari Tanjung Jabung Timur, semangat baru dibawa pulang untuk perjuangan petani perempuan, untuk reforma agraria, untuk kedaulatan pangan.

ARTIKEL TERKAIT
Petani Perempuan SPI Serukan Kedaulatan Pangan di Pertemuan ...
Hari Tani Nasional 2025: Pemerintahan Prabowo Perlu Segera L...
Diskusi Terpimpin SPI: "Stop Impor Beras, Pemerintah Gagal W...
Dari Nagari Ampalu, Jejak Baru Menuju Kedaulatan Pangan
BERIKAN KOMENTAR ...

INFO TERBARU