CIREBON. Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Serikat Petani Indonesia (SPI) Jawa Barat bekerjasama dengan Serikat Nelayan Indonesia (SNI) Jawa Barat melakukan barter pangan, guna menghadang dampak pandemi covid-19.
Tantan Sutandi, Ketua DPW SPI Jawa Barat menyampaikan, ada 200 kilogram beras, sayur bayam, kangkung, sawi dan buah pisang yang dijadikan barang untuk dipertukarkan oleh SPI. Sedangkan SNI menyediakan ikan olahan Tanjab 79 kilogram, abon tongkol 43 kilogram dan ikan segar etong 10 kilogram.
“Alhamdulillah program ini terlaksana dengan sukses, respon anggota SPI dan SNI juga sangat positif, dengan ini kami optimis kedaulatan pangan terwujud, minimal di lingkungan petani dan nelayan,” kata Tantan Sutandi di Cirebon (13/08).
Tantan melanjutkan, SPI sebagai ormas tani terbesar di Indonesia melakukan usaha-usaha solidaritas untuk membantu masayarakat dan warga terdampak pandemi covid-19.
“Di Jawa Barat inilah program yang kita laksanakan, kolaborasi dengan nelayan. Di wilayah-wilayah lain, SPI juga aktif menggelar program dengan semangat yang sama,” kata Tantan.
Budi Laksana, Ketua SNI menyampaikan, SNI dan SPI berencana membuka pasar barter dengan memanfaatkan teknologi digital. Diharapkan, model barter akan menjadi alternatif ekonomi untuk menolong petani dan nelayan dari tekanan ekonomi akibat wabah Covid-19.
Lewat konsep barter, SNI dan SPI sepakat akan melibatkan lebih banyak nelayan maupun petani. Tidak hanya sebatas anggota kedua organisasi itu, untuk nelayan dan petani lain juga sangat terbuka.
“Kita lagi merintis membuka pasar barter. Karena ini masa pandemi, sementara memanfaatkan teknologi digital,” tutur Budi.
Budi menjelaskan, sistem barter ini akan menjadi benteng kedaulatan pangan nelayan dan petani, terutama yang kategori kecil. Lewat cara ini, kebutuhan pangan bisa tercukupi tanpa harus mengeluarkan uang.
“Nelayan dapat beras, sayur dan buah atau apa saja produk pertanian, petani dapat ikan segar, olahan hasil laut dan banyak lagi,” tuturnya.
Kerjasama melalui sistem barter yang dirintis nelayan dan petani di pantai utara Jawa Barat (Jabar) makin diperluas. Komoditi yang dipertukarkan pun tambah beragam dan melibatkan makin banyak orang.
Dengan adanya pasar barter, diharapkan akan melibatkan lebih banyak nelayan dan petani. Bahkan bukan tidak mungkin juga melibatkan masyarakat umum, dengan komoditi yang beraneka ragam.
Sampai sekarang, sudah tercatat nelayan dan petani dari berbagai daerah di Jawa Barat yang ikut sistem barter. Selain Indramayu dan Cirebon, ada juga dari Subang, Karawang, bahkan petani dari Bandung.