THAILAND. Petani muda anggota Serikat Petani Indonesia (SPI) hadir dan berpartisipasi aktif pada pertemuan yang dilakukan oleh La Via Campesina (LVC, Gerakan Petani Internasional) di Suratthani, Thailand, 14 – 16 Oktober 2022. Pertemuan petani muda ini dihadiri 11 organisasi anggota LVC dari 9 negara yakni dari Nepal, Sri Lanka, Kamboja, Filipina, India, Timor Leste, Thailand, Australia, dan Indonesia sendiri. Mereka adalah Fajar Angga dari Dewan Pengurus Wilayah (DPW) SPI Jawa Barat dan Putri Ayu dari DPW SPI Jambi.
Zainal Arifin Fuad, Komite Koordinasi Internasional (ICC) LVC untuk Asia Tenggara dan Asia Timur menjelaskan, benua Asia saat ini sedang dikepung oleh kebijakan kapitalisme yang sangat mengancam pertanian kita. Berbagai perjanjian perdagangan bebas disepakati oleh negara dibawah kendali WTO, IMF, maupun World Bank.
“Saya berterimakasih hari ini pemuda berkumpul membicarakan masa depan pertanian dan pangan kita. Perjuangan sesungguhnya berada di basis atau di desa-desa, dan kamu harus kembali dan memulai perlawanan dari sana. Hari ini kita punya UNDROP sebagai alat perjuangan yang bisa kamu gunakan sebagai senjata perlawanan, maka gunakanlah itu!” kata Zainal yang juga Ketua Departemen Luar Negeri Internasional Dewan Pengurus Pusat (DPP) SPI.
Marlan Ifantri Lase, Ketua Departemen Pendidikan, Pemuda, Budaya, dan Kesenian DPP SPI menyampaikan, pertemuan petani muda se-Asia ini sangat dibutuhkan mengingat semakin kompleksnya tantangan di pertanian.
“Pemuda sebagai masa depan pertanian perlu bersatu dan berbagi masalah yang dihadapi, pada kesempatan ini juga kita memperingati Hari Pangan Sedunia tanggal 16 Oktober 2022 secara bersama-sama. Setidaknya ada 10 isu penting yang menjadi prioritas kita: krisis pangan, reforma agraria, pertanian agroekologi, benih, perubahan iklim, UNDROP, migrasi pemuda, masyarakat adat, formasi, pelatihan, dan sumber daya alam. Sebagai pemuda yang berjuang dari pedesaan, kita telah sepakat akan memenangkan perjuangan ini dengan persatuan yang kuat, penyusunan kerja yang terukur, pembagian peran, pemanfaatan teknologi, dan koordinasi yang baik,” paparnya.
Marlan juga menyampaikan pertemuan ini bagian dari persiapan menuju pertemuan pemuda LVC yang lebih besar tahun depan di Indonesia, dan artikulasi pemuda pada Konferensi ke-8 La Via Campesina di Nikaragua akhir tahun 2023.
Pada kesempatan tersebut Angga Fajar, delegasi SPI memaparkan bahwa Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah petani per 2020 mencapai 33,3 juta orang. Adapun dari jumlah tersebut, petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya 8% atau setara dengan 2,7 juta orang. Pemuda tidak mau bertani, pemuda memilih meninggalkan desa dan tanah pertanian.
“Pemuda hari ini tidak melihat sebagai harapan. Penyebabnya sangat kompleks terutama kebijakan ekonomi liberal yang mengakibatkan perampasan tanah semakin tinggi, biaya produksi pertanian semakin mahal, dan tidak adanya kepastian harga produk petani, terlebih dengan kelahiran UU Cipta Kerja pada tahun 2020,” tegas Fajar.
Sementara itu, Putri Ayu juga menambahkan di Jambi sangat masif terjadi perampasan lahan petani sehingga banyak pemuda meninggalkan desa dan lebih memilih menjadi buruh di kota-kota besar.
“Oleh karena itu kami di SPI aktif mendorong kegiatan seperti pengorganisiran pemuda dan mahasiswa, pendidikan, diskusi dan aksi massa, membangun koperasi, maupun kampanye isu-isu pertanian dengan memanfaatkan teknologi. Kami memulai perlawanan ini dari desa dan kami yakin bisa memenangkannya,” sambungnya.
Sementara itu, Anuka, petani perempuan dari Sri Lanka menyampaikan pemuda adalah benih-benih baru yang mesti tumbuh kuat karena memberi makan dunia. Oleh karena itu LVC selalu menempatkan pemuda sebagai prioritas dalam kerja-kerja perjuangan di berbagai tingkatan.
“Pengalaman kita selama bertahun-tahun, perjuangan kolektif merupakan strategi yang tepat kita gunakan. Kita tidak bisa bergerak sendiri-sendiri. Peran pemuda sama pentingnya dengan peran perempuan dalam upaya kita mewujudkan kedaulatan pangan di Kawasan Benua Asia,” tutup Anuka yang juga anggota ICC LVC kawasan Asia Selatan.