SPI Hadiri Ratas Kabinet tentang Kebijakan Pupuk Organik, Presiden Jokowi: Perluas Penerapan Pertanian Agroekologis & Lanjutkan Subsidi Pupuk Organik

JAKARTA. Presiden RI Joko Widodo dan Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin memimpin rapat terbatas (ratas) kabinet yang dihadiri Mensesneg, Menseskab, Menteri Keuangan, Menko Perekonomian, Menteri Pertanian, Menteri Perindustrian, Menteri BUMN, Kepala Badan Pangan Nasional, Dirut PT. Pupuk Indonesia, Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih, Ketua Umum Himpunan Mitra Produksi Organik, dan Ketua Umum Masyarakat Petani dan Pertanian Organik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis, (27/04).

Presiden Jokowi membuka dengan menjelaskan latar rapat sebagai lanjutan dari kehadirannya dalam acara tanam padi serentak di kawasan daulat pangan (KDP) SPI Tuban Jawa Timur pada 6 April 2023 lalu.

Presiden menekankan, ketersediaan pupuk khususnya untuk pangan strategis sangat krusial dalam menjamin kedaulatan pangan di tengah tantangan global saat ini. Menurutnya penggunaan pupuk organik tak hanya menjawab persoalan kelangkaan dan mahalnya pupuk kimia, tapi juga untuk meningkatkan produktivitas pertanian di tanah air, dan menjaga tingkat kesuburan tanah.

Kemudian Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menambahkan tentang pentingnya pupuk organik untuk mengembalikan kesuburan tanah yang sudah mengalami degradasi.

Senada dengan itu, Lukman Hakim dari Himpunan Mitra Produksi Organik mengingatkan agar subsidi pupuk organik dilanjutkan.

Ketua Umum Masyarakat Petani dan Pertanian Organik Indonesia, Subandrio juga menerangkan tentang pentingnya pupuk organik untuk mengembangkan pertanian di Indonesia.

Ketua Umum SPI Henry Saragih dalam ratas memaparkan dampak pemakaian pupuk kimia dan pestisida telah mengakibatkan kerusakan alam (tanah semakin tidak subur, benih lokal berkurang), ketergantungan pertanian pada bahan-bahan yang berasal dari luar (eksternal input), dan berbagai kerusakan ekosistem lainnya, serta kesehatan manusia (food safety).

“Diperlukan suatu transformasi model pertanian dari pertanian yang bergantung dengan pupuk kimia dan pestisida ke pertanian yang agrokologis/organik. Dalam transformasi ini perlu diperhatikan bahwa akan terjadi suatu masa transisi penurunan produksi dalam suatu masa tertentu. Kemudian akan terjadi peningkatan produksi secara perlahan dan perubahan perbaikan lingkungan hidup dan ekonomi karena dengan pertanian ekologis, produksi pertanian akan semakin beragam dan semakin terintegrasi dengan sumber-sumber ekonomi yang ada di kawasan pertanian tersebut,” tutur Henry.

Pada masa transisi, pendidikan dan pelatihan bagi petani sangatlah penting, seiring dengan pengadaan berbagai peralatan dan bahan-bahan lainnya.

“Berdasarkan pengalaman praktik agroekologi di KDP yang sudah dijalankan SPI selama tiga tahun di Tuban, menunjukkan, biaya tanam padi dengan pertanian konvensional tanpa pupuk kimia bersubsidi sebesar Rp. 8,6 juta per hektar. Apabila hanya sebagian menggunakan pupuk kimia bersubsidi, biaya usaha tani sekitar Rp. 7,05 juta per hektar. Sementara itu, jika pakai pupuk organik secara menyeluruh biayanya bisa ditekan hanya Rp. 900 ribu per hektar,” terangnya.

Henry menerangkan, perbandingan ini juga mempengaruhi biaya pokok produksi padi. Jika dengan pupuk konvensional petani harus mengeluarkan Rp5.050 per kilogram, ini lebih tinggi dibandingkan menggunakan pupuk organik yang hanya Rp3.700 per kilogram.

“Jadi perlu ada kebijakan berupa peraturan dari Presiden Jokowi tentang pertanian agroekologis, pupuk organik, dan pembangunan koperasi petani untuk produksi dan pemasaran,” tegasnya..

Di akhir rapat, Presiden Jokowi menyimpulkan dan memerintahkan bahwa kebijakan pupuk organik harus dikembangkan untuk pertanian agroekologis melalui dua cara. Pertama, melanjutkan kembali subsidi pupuk organik. Kedua, memperluas peraktik pertanian agroekologis yang menggunakan pupuk organik berbasis komunitas dengan meningkatkan kegiatan pendidikan, pelatihan, mendukung sarana dan prasarana lainnya.

KDP

Pada tahun 2023 ini, ditargetkan perluasan penerapan pertanian agroekologis sebagaimana yang dibuat SPI Tuban di berbagai provinsi di Indonesia.

Kontak Selanjutnya :
Henry Saragih – Ketua Umum SPI – 0811 655 668

Berita tayang di beberapa seperti:

Republika, 28 April 2023

Tempo.co, 29 April 2023

Presiden RI, 27 April 2023

ARTIKEL TERKAIT
3 KOMENTAR
  1. Imam Tauhid berkata:

    Organik itu menurutku(kata sifat) sebelum lahan&tanaman budidaya yg di-organikan, lebih utama adalah operatornya;petaninya/pelakunya.tks

  2. Sutiyono Andrias berkata:

    Jual pupuk organik untuk 9 ha di daerah Subang . Petaninya gak mau bayar senilai 29 juta rupiah. Alasannya pupuk organik mahal. Maka habislah modal kerja kami. Alias bangkrut. Pupuk dari NASA PRGANIK
    TRIMA KASIH.

  3. Kasmuri berkata:

    Biayanya mahal untuk proses peralihan dari pertanian konvensional menjadi pertanian organik . Kami punya kebun teh 40 ha sudah bersertifikat organik sejak 2017 karena covid 19. Th 2022 tidak mampu melaksanakan survailin , dan sertifikatnya dicabut oleh LSO INOFICE. (Gapoktan Sumber Makmur)
    Desa Kembanglangit, kec. Blado. Kab. Batang. Prov. Jawa tengah.

BERIKAN KOMENTAR ...

INFO TERBARU