BANTUL. Hari Ulang Tahun (HUT) SPI ke-21 memiliki tema “Deklarasi PBB tentang Hak Asasi Petani dan Rakyat yang Bekerja di Pedesaan (United Nations Declaration on The Rights of Peasant and Other People Working in Rural Areas – UNDROP): Merayakan Kemenangan dan Meneguhkan Pelaksanaan”. Berdasarkan hal ini Dewan Pengurus Wilayah (DPW) SPI Yogyakarta melakukan diskusi dan seremonial sederhana untuk memperingatinya. Bertempat di Krapyak Kulon, Panjangrejo, Pundong, Bantul, Yogyakarta, pagi ini (08/07), puluhan petani anggota SPI dengan sukacita merayakan HUT SPI ke-21.
Ketua Umum SPI Henry Saragih menyampaikan, reforma agraria, kedaulatan pangan, koperasi petani, pertanian agroekologis adalah hal-hal yang sudah dikerjakan SPI sejak awal berdiri. Yang paling akhir adalah diresmikannya Deklarasi PBB tentang Hak Asasi Petani dan Masyarakat yang Bekerja di Pedesaan.
“Untuk itu saya mengajak semua petani, baik yang tergabung di SPI ataupun belum, untuk sama-sama berjuang menegakkan hak-hak asasi petani, mengimplementasikan deklarasi tersebut dalam kebijakan-kebijakan mulai dari tingkat nasional hingga level desa. Kita optimis! Hidup petani! Hidup SPI!,” katanya.
Abu Sabikis, Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) SPI Yogyakarta mengemukakan, distribusi produk pertanian dari produsen ke konsumen banyak melewati rantai distributor sehingga menyebabkan harga yang rendah bagi produsen namun tinggi bagi konsumen.
“Kondisi demikian harus kita pangkas untuk menolong petani sebagai produsen, ini juga hak asasi petani sebagai produsen, dan ini jadi tantangan tersendiri di usia SPI yang ke-21, khususnya bagi kita di Yogyakarta” katanya.
Abu melanjutkan, edukasi kepada petani produsen tentang penanganan pasca panen sangat berpengaruh dalam pendongkrak harga komoditi.
“Sebagai contoh produk beras yang harus kita panen pada waktu kondisi tua betul, penggunaan teknologi seperti mesin pengupas atau penggilingan yang harus cocok dengan jenis varietas padi dan lainnya,” sambungnya.
Sumantara, Ketua Dewan Pengurus Cabang (DPC) SPI Bantul menyampaikan, semoga di usianya yang ke-21 SPI tetap jaya dan mampu memperhatikan kesulitan petani-petani dan memberikan solusinya.
Perkembangan Benih Padi SPI20 di Yogyakarta
Di tempat terpisah, Ketua Umum SPI Henry Saragih melakukan diskusi lepas mengenai perkembangan benih padi SPI20 di Yogyakarta.
Qomarun Najmi, kader pertanian agroekelogi SPI Yogyakarta menjelaskan, ia dan petani SPI Yogyakarta lainnya sudah memasuki musim ke-2 menanam padi SPI 20.
“Sebagian panenan disimpan, diseleksi, untuk dijadikan benih lagi. Kelebihan dari benih padi SPI20 adalah bisa digunakan untuk benih, gak tergantung dari benih luar, tidak harus membeli, bisa menggunakan benih kita petani sendiri atau bertukar dengan petani lain” kata Qomar.
Qomar melanjutkan, para petani SPI Yogyakarta menanam sekaligus melakukan uji multi lokasi benih.
“Kalau di Tuban, Jawa Timur, Cak Kusnan (penangkar, asal muasal benih padi SPI20, red) sudah bisa panen SPI20 selama 70 hari, di Yogyakarta panennya 75 hari, (untuk panenan yang dijadikan benih harus 80 hari). Untuk produktivitas, 1 hektar bisa dapat 8 ton,” paparnya.
Qomar meneruskan, yang menarik dari SPI20 adalah benih ini tidak senang dengan pupuk kimia.
“Kena pupuk kimia justru rawan roboh — dibuktikan dari kawan saya yang nanam SPI yang masih pakai metode konvensional, padinya roboh, jadi diusahakan kalau nanam SPI 20 harus total agroekologi. SPI 20 untuk menangkal ulat ada menggunakan perlakuan. Tapi kalau untuk jamur dan virus memang relatif lebih tahan, lebih sehat. SPI 20 anakannya masih 30-an, sedangkan anakan di Cak Kusnan bisa mencapai 40-an,” paparnya.
Tri Hariyono, kader SPI Yogyakarta menambahkan, di Kulonprogo — yang punya sistem tanam setahun tiga kali atau dikenal dengan nama MT (Masa Tanam) — petani SPI menanam SPI20 di MT2 karena umurnya lebih pendek.
“Karena panen SPI20 lebih pendek, jadi masih bisa tanam palawija di MT3. Tahun lalu petani Kulonprogo cuma bisa menanam di MT1 dan MT2 karena durasi panen yang lebih lama. Berasnya lebih enak dan pulen,” tutup Tri.
Padi SPI 20 sendiri adalah padi yang benihnya ditangkarkan langsung oleh petani SPI, dan baru diluncurkan pada peringatan ulang tahun SPI ke-20 di Kediri, Jawa Timur, Juli tahun lalu.