Tiga Tokoh SPI Dianugerahi Penghargaan Pahlawan dan Tokoh Perjuangan Reforma Agraria oleh Partai Buruh: Riduan Munthe, Henry Saragih, dan Rais

JAKARTA. Partai Buruh menganugerahkan tiga tokoh Serikat Petani Indonesia (SPI) sebagai pahlawan dan tokoh perjuangan reforma agraria (24/09). Penganugerahan dilakukan di Gedung Olahraga Otista, Jakarta, yang juga jadi rangkaian peringatan Hari Tani Nasional (HTN) 2022 Partai Buruh dan SPI. Ketiga tokoh tersebut adalah Riduan Munthe selaku pahlawan perjuangan reforma agraria, beserta Henry Saragih dan (Abah) Rais asal Banten selaku tokoh perjuangan agraria.

Foto oleh Tribun News, https://m.tribunnews.com/amp/nasional/2022/09/24/aksi-hari-tani-bergeser-dari-patung-kuda-ke-gor-cawang-otitsa-partai-buruh-tanah-untuk-petani?page=all

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyampaikan, penghargaan ini diberikan oleh partai buruh kepada mereka yang sudah berjasa memperjuangkan reforma agraria yang jadi salah satu isu utama di Partai Buruh.

“Reforma agraria menuju negara sejahtera adalah slogan kita di peringatan HTN 2022. Semoga ke depannya muncul tokoh-tokoh, anak-anak muda yang konsisten memperjuangkan reforma agraria,” katanya.

Selain dua tokoh SPI, Partai Buruh juga memberikan penghargaan “Pahlawan Perjuangan Reforma Agraria” kepada Gunawan Wiradi, HS Dillon, Patmi (petani perempuan Kendeng, Jawa Tengah), dan Hidayat Mukti (musisi, petani, demonstran, Komite Perjuangan Mahasiswa untuk Rakyat Indonesia (KPMURI) yang didirikan oleh elemen mahasiswa dari berbagai kampus di Bandung pada tahun 1988).

Sementara itu penghargaan “Tokoh Perjuangan Reforma Agraria” juga diberikan kepada Kyai Nur Azis (Ketua Perkumpulan Petani Surokonto Wetan (PPSW) dan juga Ro’is Syuriah Ranting Nahdlatul Ulama Desa Sukoronto, Periode Tahun 2001 – 2016), Eva Bande (aktif di Front Rakyat Advokasi Sawit Sulawesi Tengah, Serikat Pejuang Tanah Air, dan Kelompok Perjuangan Kesetaraan Perempuan Sulawesi Tengah (KPKP-ST), Maria W. Sumardjono (akademisi Universitas Gajah Mada yang konsisten mengangkat reforma agraria dan hukum pertanahan di Indonesia), Nai Sita br Sibarani (salah satu sosok yang memainkan peranan penting dalam perjuangan rakyat, khususnya petani perempuan Porsea, Sumatera Utara melawan PT. Inti Indorayon Utama), dan Agustiana (Serikat Petani Pasundan).

Sekilas Tentang Riduan Munthe

Riduan Ginting Munthe atau juga biasa dipanggil sebagai ‘Iwan Munthe’ merupakan Sekjen Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI) periode 1998 – 2003, kemudian pada tahun 2002 – 2004, beliau aktif di Serikat Petani Sumatera Utara (SPSU).  Beliau juga memimpin tim Task Force FSPI dan La Via Campesina (Gerakan Petani Internasional) yaitu KSKBA (Koalisi Solidaritas Kemanusiaan Bencana Alam) guna penanganan bencana gempa dan Tsunami di Aceh dan Sumatera Utara 2004. Saat memimpin KSKBA, beliau mempertahankan prinsip kedaulatan pangan dengan menggunakan kekuatan dan produksi petani lokal untuk membantu penyediaan pangan bagi korban bencana. Mendiang Ridwan Munthe bersama teman-temannya membongkar motif importasi pangan dibalik bencana dan akhirnya menjadi perhatian internasional. Upaya itu terus dilanjutkan dengan program rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh pasca bencana gempa dan Tsunami.

Riduan Munthe

Bersama kawan-kawan Yayasan Bingkai Alam Raya-Aceh dan Yayasan Sintesa-Sumut, beliau mendirikan Pusat Pendidikan Agroekologi yang terus melakukan pendidikan agroekologi bagi petani.

Sebagai seorang aktivis, beliau berperan besar melahirkan sekaligus deklarator FSPI, PERMATA (Perhimpunan Masyarakat Tani Aceh), serta punya andil di Yayasan Flower Aceh, Yayasan Bingkai Alam Raya-Langsa, Yayasan Sintesa-Medan, serta Aliansi Rakyat Miskin yang terdiri dari serikat buruh, petani, nelayan, dan miskin kota di Sumatera Utara.

Keberhasilan SPI sebagai organisasi petani di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari jasa seorang Ridwan Munthe. Beliau adalah salah satu aktor pendidik dan peletak dasar model pendidikan bagi petani tertindas SPI, seorang organisator, dinamisator, dan penggerak yang selalu mencurahkan energi dan pikirannya untuk kemajuan organisasi petani dan petani (kecil) di Indonesia.

Sesaat sebelum pemakaman Riduan Munthe rahimahullaah

Tidak hanya di tingkat nasional, dengan pengalaman beliau selama bertahun-tahun mengorganisir petani di era DOM Aceh masa Orde Baru, beliau juga kerap diutus mewakili SPI dan La Via Campesina menjadi pihak mediator konflik di daerah konflik bersenjata di negara lain di Timur Tengah dan Amerika Latin. Beliau meninggal di tahun 2009 dikarenakan sakit.

Sekilas tentang Henry Saragih

Beliau saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (periode 2007 – sekarang. Selain itu, di tingkat internasional beliau pernah menjabat sebagai Koordinator Umum La Via Campesina, sebuah gerakan petani kecil dan buruh tani internasional, selama dua periode (2004-2008 dan 2008-2013).

Henry Saragih, Ketua Umum SPI

Kiprah Henry Saragih dalam memperjuangkan hak-hak petani di Indonesia sudah dimulai semenjak dia duduk di bangku kuliah. Pada awalnya ia bersama rekan-rekannya, yang tergabung di dalam Sintesa Forum Study, mengadvokasi teknologi tepat guna bagi petani di daerah Asahan. Selama itu pula, Henry menemui banyak kasus konflik agraria yang dialami para petani di daerah Asahan, dan mulai mengadvokasinya.

Hal tersebut terus berlanjut hingga didirikannya FSPI di tahun 1998, dengan mengusung isu utama mengenai reforma agraria dan hak atas tanah bagi petani. Gagasan mengenai hak-hak petani juga menjadi isu yang konsisten disampaikan oleh Henry Saragih, mulai dari mendorong lahirnya ‘Deklarasi Hak Asasi Petani Indonesia’ pada Konferensi Cibubur di Tahun 2001, sampai dengan kelahiran United Nation Declaration of Right of Peasant and Others Peoples Working in Rural Areas.  

Sekilas tentang (Abah) Rais

Rais atau juga akrab disapa sebagai Abah Rais, adalah tokoh petani pejuang agraria di Kecamatan Cibaliung, Kab. Pandeglang, Provinsi Banten. Beliau merupakan pendiri Serikat Petani Banten (SPB) anggota dari Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI) yang kemudian menjadi Serikat Petani Indonesia (SPI). Rais konsisten memperjuangkan hak-hak petani di Cibaliung yang berkonflik dengan Perum Perhutani sejak medio tahun 1990-an hingga sekarang.

Rais bersama 15 petani lainnya pernah ditangkap oleh pihak kepolisian, karena dituduh melanggar hukum atas perjuangan reforma agraria yang mereka lakukan. Rais dan kawan-kawan di vonis hukuman satu sampai dua tahun penjara. Konsistensi Rais dalam memperjuangkan reforma agraria tidak pernah luntur. Saat ini, Rais masih terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan pengorganisasian dan pendidikan agraria di SPI, dimana beliau juga menjabat anggota Majelis Nasional Petani Serikat Petani Indonesia (MNP-SPI) perwakilan dari Banten.

ARTIKEL TERKAIT
BERIKAN KOMENTAR ...

INFO TERBARU