JAKARTA. 8 Juli 2013. Serikat Petani Indonesia (SPI) merayakan hari kelahirannya yang ke-15. Organisasi ini dideklarasikan tanggal 8 juli 1998 di Kampung Dolok Maraja, Desa Lobu Ropa, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara oleh sejumlah pejuang petani Indonesia.
Ketua Umum SPI Henry Saragih menjelaskan kelahiran organisasi petani ini merupakan bagian dari perjalanan panjang perjuangan petani Indonesia untuk memperoleh kebebasan dalam menyuarakan pendapat, berkumpul dan berorganisasi guna memperjuangkan hak-haknya yang telah ditindas dan dihisap oleh rezim orde baru selama 33 tahun.
Henry menjelaskan, pada saat deklarasi, dibentuk Badan Pelaksana Sementara yang bertugas mengkonsolidasikan kekuatan-kekuatan perjuangan petani di Indonesia, untuk menjadi anggota Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI) dan melaksanakan kongres pertama. Pada tanggal 22-25 Februari 1999 kongres pertama FSPI berhasil digelar di Medan, Sumatera Utara. Kongres pertama menghasilkan kepengurusan FSPI yang berkantor pusat di Medan, Sumatera Utara. Selain itu, FSPI juga membuka kantor perwakilan di ibukota negara, Jakarta.
Kemudian, pada tanggal 28 Februari tahun 2003 FSPI melaksanakan kongres kedua di Malang, Jawa Timur. Dalam kongres tersebut ditetapkan bahwa kedudukan sekretariat FSPI dipindahkan dari Medan ke Jakarta.
Seiring dengan perkembangan jaman, tantangan yang dihadapi organisasi perjuangan kaum tani semakin besar. Kekuatan kapitalis neoliberal semakin meminggirkan rakyat dan kaum tani, sehingga timbul kesadaran untuk mengkonsolidasikan kembali gerakan petani. Dalam kondisi seperti itu, muncul keinginan untuk mengubah bentuk dan struktur organisasi dari yang semula berwatak federatif menjadi organisasi kesatuan.
Perubahan bentuk organisasi dari federatif menjadi kesatuan secara resmi terwujud pada Kongres III FSPI yang diadakan pada tanggal 2-5 Desember di Pondok Pesantren Al Mubarrak Manggisan, Wonosobo, Jawa Tengah. Pada saat itu, 10 serikat petani anggota FSPI mendeklarasikan diri untuk melebur kedalam organisasi kesatuan yang bernama Serikat Petani Indonesia (SPI).
“Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini saya ingin mengucapkan selamat ulang tahun ke-15 untuk SPI. Semoga pengorbanan dan keikhlashan kita dalam memperjuangkan kaum tani di Indonesia semakin meningkat demi kejayaan petani dan kelestarian alam ini. Hidup petani,” ungkap Henry di Medan (08/07).
Sementara itu untuk memperingati perayaan Hari Lahir (Harlah) SPI ke-15, Ketua Umum SPI Henry Saragih melakukan ziarah ke makam almarhum salah seorang pendiri SPI, Ridwan Munthe, yang terletak di belakang rumah orang tuanya di Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
“Semasa hidupnya, almarhum tidak kenal lelah dan selalu mencurahkan energi dan pikirannya untuk kemajuan SPI dan petani (kecil) di Indonesia. Almarhum meninggal karena terserang penyakit. Bagi SPI (baca: petani) dia adalah salah seorang pahlawan,” tutur Henry.
Setelah ziarah makam, peringatan perayaan Harlah SPI kali ini pun diikuti dengan diskusi dan refleksi mengenai 15 tahun SPI di joglo Yayasan Sintesa, Medan. Diskusi dan refleksi ini dihadiri oleh Dewan Pengurus Wilayah (DPW) SPI Sumatera Utara, Yayasan Sintesa, Serikat Becak Merdeka, Sumatera Youth Food Movement, Aliansi Kedaulatan Rakyat (AKAR) Sumatera Utara, dan lainnya.
Sementara itu, Harlah SPI ke-15 juga diperingati oleh petani anggota SPI di masing-masing provinsi di Indonesia.
di sulsel ap[a udah cababgnya SPI ya..???