DENPASAR. Pelaksanaan Konferensi Tingkat Menteri (KTM) 9 WTO (Organisasi Perdagangan Dunia) di Denpasar Bali hari ini (06/12) memasuki hari keempat. Sementara itu petani-petani delegasi Serikat Petani Indonesia (SPI) bersama delegasi lain yang tergabung dalam GERAK LAWAN dan SMAA masih tetap bersemangat menolak WTO dan meminta agar WTO keluar dari pertanian.
Mamok, petani berusia 70 tahunan yang juga Majelis Nasional Petani (MNP) Serikat Petani Indonesia (SPI) menyampaikan WTO sama sekali tidak berguna bagi petani kecil seperti dirinya.
“WTO ini hanya menyusahkan petani kecil seperti kami. Produk pertanian impor masuk dari luar dengan harga murah karena tidak adanya perlindungan dari negara. Akibatnya produk kami tidak laku, kalau begini kami bisa semakin sengsara,” ungkapnya saat aksi bersama di lapangan Renon, Denpasar sore tadi.
Mamok menambahkan solusi melawan WTO ini adalah dengan menegakkan kedaulatan pangan di masing-masing negara. Sehingga kebutuhan pangan masing-masing negara terpenuhi.
“WTO ini kan organisasi dagang, dan dagang itu harus untung. Jadi tidak pernah mungkin mekanisme di WTO itu akan adil. Nah disini yang jadi korbannya adalah petani dan rakyat kecil dari negara berkembang. Jadi kami mau agar WTO keluar dari pertanian,” tambahnya.
Sementara itu, perwakilan resmi SPI – yang diwakili oleh Ketua Umum SPI Henry Saragih – yang masuk ke tempat pertemuan KTM 9 WTO di Nusa Dua Bali masih tetap menyuarakan penolakan mereka terhadap WTO.
“Saat ini negosiasi masih alot. Semoga perundingan di Bali ini tetap buntu sehingga kesejahteraan petani dan golongan masyarakat kecil lain di Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya bisa terjamin,” ungkap Henry.
Henry Saragih bersama sepuluh delegasi lainnya pun melakukan aksi menjelang penutupan acara hari ini
“Pangan adalah hak asasi setiap orang. Pertanian sama sekali tidak dipentingkan oleh WTO. Pangan tidak hanya lebih dari sekedar komoditi. Setiap negara bertanggung jawab untuk menyediakan stok pangan yang cukup bagi rakyatnya,” teriak Henry di depan ratusan delegasi anggota WTO
kapan pemerintah dan media berpihak kepada petani.
ketika harga cabe,bawang mahal.semua media memberitakan yg berlebihan,sehingga membuat pemerintah punya alasan untuk membuka kran impor.tapi kemarin ketika harga kubis,tomat anjlok.dimana media dimana pemrintah yg katanya berpihak kepada petani.
kata iwan fals “untuk apa punya pemerintah kalau hidup terus-terusan susah”