BOGOR. Kedaulatan pangan bukanlah sekedar menanam cabe di pekarangan rumah. Hal tersebut diutarakan Henry Saragih, Ketua Umum Serikat Petani Indonesia pada saat melantik para kader Sekolah Lapang Pertanian Berkelanjutan angkatan IV, di Bogor, Kemarin (10/01).
Dalam acara ini, Henry mengungkapkan bahwa saat ini pemerintah sudah cukup panik untuk mengatasi krisis pangan yang melanda negeri ini.
“Pemerintahan SBY lupa membuat kebijakan reforma agraria untuk petani, kalau hanya menanam cabe di pekarangan semua orang juga bisa. Seharusnya tanahlah yang dibagikan ke petani. Padahal 21 Oktober tahun lalu, sambil menangis dia sudah berjanji membagikan tanah, nyatanya hanya berupa setifikasi” ungkap Henry.
Henry kemudian menjelaskan bahwa ada yang tidak benar dalam kebijakan pangan di negeri ini. Pangan diproduksi hanya sebagai komoditas ekspor. Lahan-lahan produktif justru ditanami tanaman yang berorientasi ekspor seperti kelapa sawit dan karet, kemudian hasil penjualannyalah yang digunakan untuk membeli kebutuhan pangan pokok.
“Saat ini memang harga sawit sedang tinggi, tapi siapa yang tahu kalau harganya jatuh. Apa bisa kita makan sawit?” ucap Henry.
Kemudian, untuk memasok bahan pangan nasional (baca: beras) pemerintah justru menggadang-gadangkan proyek food estate yang pilot project-nya di Merauke.
“Lihat saja, biaya distribusi beras dari Merauke ke Sumatera atau Jawa nanti pasti jauh lebih tinggi daripada mendatangkan beras dari Vietnam atau Thailand,” ungkapnya.
Selanjutnya, krisis pangan yang saat ini sudah menyebabkan lebih dari 1 milyar penduduk dunia kelaparan lebih disebabkan karena alih fungsi pangan.
“Bahan makanan di dunia ini sebenarnya tetap banyak, namun mengalami alih fungsi seperti untuk bahan bakar industri, kendaraan, hingga pakan ternak,” tutur Henry.
Gerakan Kedaulatan Pangan
Henry yang juga Koordinator Umum La Via Campesina (Gerakan Petani Internasional) menyebutkan bahwa SPI berusaha membangun gerakan kedaulatan pangan agar petani punya kemampuan untuk memproduksi pangan.
“Tapi bagaimana bisa berproduksi kalau tidak punya tanah? Jadi syarat pertama kedaulatan pangan kepemilikan tanah,” tegasnya.
Menyikapi harga pangan seperti cabe yang saat ini sedang meroket, Henry berpendapat bahwa selain diakibatkan oleh perubahan iklim, hal ini juga ulah para spekulan yang tidak bertanggung jawab.
“Negara tidak berdaya karena dikuasai oleh jerat gurita perusahaan besar dan ini semuanya terintegrasi dengan semakin sedikit bahkan musnahnya pasar rakyat. Oleh karena itu SPI mengembangkan koperasi sebagai wadah ekonomi bagi petani anggotanya”” jelasnya.
“Kader SPI harus mampu mencukupi kebutuhan pangan untuk dirinya, keluarganya, dan kemudian masyarakatnya dengan berorientasikan Pertanian Berkelanjutan,” tambah Henry kepada para kader pertanian berkelanjutan SPI angkatan IV.