JAKARTA. Nilai Tukar Petani (NTP) pangan November 2014 ini naik menjadi 98,41, dari yang sebelumnya 98,14. Panen padi, jagung dan ubi kayu mendatangkan rezeki bagi petani pangan, pada akhir musim kemarau. Namun kenaikan tersebut lagi-lagi dihambat oleh kenaikan konsumsi pangan, biaya produksi dan penambahan modal yang mengalami kenaikan 65%.
Menurut Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih, kenaikan harga gabah dan kenaikan upah buruh tani pada bulan ini sayangnya diikuti oleh kenaikan kebutuhan rumah tangga.
“Musim panen bulan Oktober kemarin tidak menjadi momen yang penting dalam kenaikan NTP tanaman pangan. Seharusnya jadi momen yang bagus, karena Indonesia mempunyai presiden yang baru dengan misi kedaualatan Pangan yang diusungnya,” tutur Henry di Jakarta pagi ini (04/11).
Oleh karena itu menurut Henry, adalah hal yang sangat wajib bila kemudian Presiden Jokowi memerintahkan para menterinya, terutama Menteri Pertanian Amran Sulaiman, untuk kerja, kerja dan kerja, untuk menaikkan kesejahteraan petani.
“Apabila NTP pangan masih di bawah 100, itu berarti kesejahteraan petani masih rendah,” tuturnya.
Sementara itu Henry juga mengemukakan, pada tahun ini Bulog sudah kontrak impor beras dengan Thailand sebesar 175000 dan Vietnam sebesar 350000 ton. Sementara angka ramalan September – Desember 2014 produksi padi mengalami penurunan 70,61 ton.
“Tentu menjadi tantangan berat bagi Presiden Jokowi dan Menteri Amran untuk meningkatkan produksi sampai akhir tahun sehingga produksi padi domestik bisa mencukupi kebutuhan pangan nasional sampai Desember 2014. Dengan demikian kontrak tersebut bisa ditinjau kembali dan kita tidak usah lagi impor beras dari luar negeri,” papar Henry.
“Jadi ayo kerja, kerja, bangun saluran irigasi untuk merontokkan ramalan produksi tiga bulan terakhir tahun 2014 ini,” tambahnya.
Kontak Selanjutnya:
Henry Saragih – Ketua Umum SPI – 0811 655 668