Panen Padi Naik 2 kali Lipat, SPI Lampung Fokus ke Agroekologi

SPI Lampung

PRINGSEWU. Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Serikat Petani Indonesia (SPI) Lampung saat ini memfokuskan diri untuk mengembangkan pertanian berbasiskan agroekologi.

Menurut penuturan Ketua Badan Pelaksana Wilayah (BPW) SPI Lampung Muhlasin, pertanian agroekologi adalah pertanian alami yang ramah lingkungan yang mampu melepaskan petani dari ketergantungan terhadap input-input kimia dari perusahaan pertanian.

“Agroekologi ini dalam prakteknya memanfaatkan semua yang ada di sekitar petani dan dimanfaatkan untuk input pertanian, mulai dari pupuk, penangkal hama, penangkaran benih, dan lainnya,” kata Muhlasin di Desa Sumber Agung, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Pringsewu, Lampung (14/04).

Muhlasin menyampaikan metode agroekologi ini sudah diterapkan oleh para petani SPI di daerahnya.

“Dengan agroekologi ini panen pun melimpah. Terakhir kami panen padi 1,6 ton gabah kering di lahan seluas 2.000 m2. Ini artinya hasil panen naik hampir 2 kali kali lipat, soalnya biasanya panen padi konvensional di sini itu 6 ton per hektar,” katanya.

“Padinya juga lebih kuat, soalnya padi konvensional yang pakai urea itu kan rapuh, kena hujan dan angin roboh. Alhamdulillah beberapa hari lalu, saat hujan mengguyur desa kami, padi yang ditanam dengan metode agroekologi ini bertahan, sedangkan padi konvensional roboh dan puso,” sambungnya.

Teknik Agroekologi untuk Padi

Muhlasin menjelaskan proses pengaplikasian agroekologi untuk padi ini dimulai sejak menyiapkan lahan. Saat lahan sedang dalam proses pembajakan, Muhlasin dan petani SPI lainnya sudah melakukan pemupukan ke lahan dengan menggunakan pupuk padat.

SPI Lampung

“Untuk lahan seluas 2.000 m2 ini kira-kira dibutuhkan 300 kg bokashi,” jelasnya.

Selanjutnya saat penyemaian, benih padi disemprot dengan cairan PGPR yang dibuat dari racikan akar bambu, bonggol pisang, dan lainnya.

“PGPR ini kan bakteri yang mengumpulkan unsur N, P, dan K di alam bebas yang kemudian membawa unsur-unsur ini ke akar padi (tanaman) sehingga asupannya lebih banyak,” kata Muhlasin.

Muhlasin melanjutkan, saat akan melakukan penanaman, seluruh lahan kembali disemprot dengan PGPR.

“Untuk lahan seluas 2.000 m2 kira-kira butuh 1 liter cairan PGPR, disemprot 15 hari sekali, sampai umur 45 hari,” lanjutnya.

Ia kembali menjelaskan, tanaman padi juga disemprot dengan larutan pupuk cair yang terbuat dari enceng gondok, johor laut, batang pisang, sampah rumah tangga, dan air kencing kelinci.

“Ini untuk menyuburkan tanahnya,” imbuhnya.

Muhlasin meneruskan, saat pemupukan akhir munggunakan kombinasi EM (Effective Microorganisms) dan kuning telur ayam kampung yang sudah difermentasi.

“Ini fungsinya sebagai pupuk buah. Disemprotkan ke padi saat mulai meratak, yaaah kira-kira saat usia padinya sudah 50 hari, disemprotkan tiga kali, tujuh hari sekali, 1 liter untuk lahan seluas 2.000 m2” paparnya.

SPI Lampung

Pengendalian Hama

Muhlasin mengutarakan, jika ada hama yang mengganggu ia akan menggunakan cairan trichoderma yang juga dibuat secara alami.

“Nasi setengah matang yang sudah diendapkan atau dibiarkan selama semalam yang diletakkan di dalam bambu lalu ditanam di bawah pohon bambu atau pepohonan lainnya. Nah setelah seminggu akan muncul jamur berwarna hijau di nasinya, inilah trichoderma yang berfungsi sebagai parasit bagi jamur lainnya,” paparnya.

“Tapi ramuan trichoderma ini cuma diaplikasikan saat ada hama saja, kalau tidak ada atau tingkat hamanya di bawah lima persen ya tidak perlu,” lanjutnya.

Tekan Biaya

Muhlasin menambahkan, praktek agroekologi yang sudah dipraktekkannya dan petani SPI Lampung lainnya telah terbukti menekan biaya produksi.

“Yaah paling biaya paling besar itu untuk beli kotoran sapi untuk bokashi yang kira-kira Rp 50.000 untuk 300 kg untuk 2.000 m2,” tambahnya.

Selain itu, tambahnya lagi, semua bahan-bahan pupuk diambil dari lingkungan sekitar petani.

“Benih juga kita tangkarkan sendiri, dari petani ke petani. Dengan agroekologi kami berdaulat benih dan berdaulat pangan,” tutupnya.

***

Kontak selanjutnya : Muhlasin, Ketua BPW SPI Lampung, 0812 1289 9945

ARTIKEL TERKAIT
Untuk Penegakan Kedaulatan Pangan, UU Pangan Masih Lemah Untuk Penegakan Kedaulatan Pangan, UU Pangan Masih Lemah
#EndWTO: 5 Alasan Rakyat Menolak KTM 10 WTO #EndWTO: 5 Alasan Rakyat Menolak KTM 10 WTO
Henry Saragih, “Green Giant” Penyelamat Lingkungan Dunia
Hari Tani Nasional 2017: Banten Darurat Agraria
BERIKAN KOMENTAR ...

INFO TERBARU