BOGOR: Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Pertanian Berkelanjutan Serikat Petani Indonesia (SPI) di Bogor saat ini sedang mengembangkan pupuk kompos ‘Bokashi’ untuk tanaman padi setelah sebelumnya Pusdiklat berhasil mengembangkan pupuk organik jenis ini untuk tanaman Pepaya.
Susan Lusiana, Koordinator Pusdiklat SPI Bogor, mengatakan pengembangan pupuk organik oleh Pusdiklat kini sedang beralih untuk tanaman Padi.
“Saat ini kami sedang mengembangkan pupuk Bokhasi untuk tanaman Padi,” ujarnya disela kegiatan Sekolah Lapang dan Magang Pertanian Berkelanjutan di Pusdiklat SPI Bogor di Desa Cibeureum Situ Leutik, Dramaga, Jumat (03/11), siang.
Dia mengatakan, sejak November 2010 Pusdiklat mulai mengembangkan pupuk kompos jenis Bokhasi untuk tanaman padi dan rencananya pengembangan tersebut akan rampung pada akhir Desember 2010.
Setelah kajian tuntas selama dua bulan, pupuk organik jenis ini selanjutnya akan diujicoba terlebih dahulu di lahan pertanian seluas dua hektar di areal Pusdiklat sebelum metode pembuatannya sosialisasikan ke seluruh petani anggota SPI.
Adapun pengembangan pupuk Bokhasi ini merupakan kali kedua setelah beberapa waktu sebelumnya Pusdiklat SPI Bogor telah berhasil mengembangkan pupuk organik tersebut untuk tanaman Pepaya yang saat ini sudah digunakan oleh sebagian anggota SPI yang menanam komoditas itu.
Dia menjelaskan, Pupuk Bokhasi merupakan salah satu jenis pupuk kompos yang sebenarnya sudah sejak lama banyak digunakan oleh para petani di Indonesia.
Namun demikian, Pusdiklat SPI mengembangkan pupuk jenis ini untuk lebih meningkatkan lagi produktifitas dan kualitas hasil tanaman.
Berbeda dengan pupuk kompos biasa yang lazimnya mengandung komposisi bahan yang kurang terukur, pupuk Bokhasi memiliki ukuran komposisi yang spesifik untuk tanaman yang berbeda.
Untuk pengembangan pupuk tersebut, selama ini Pusdiklat SPI Bogor mengunakan bahan-bahan dasar yang mudah didapatkan petani, seperti dedak, ampas tahu, sisa tulang, telur, bekicot dan kotoran hewan.
“Sebenarnya masih banyak lagi materi-materi organik yang bisa menjadi bahan dasarnya, tetapi sementara ini materi-materi itu lah yang diuji coba karena mudah kami dapatkan, begitu juga para petani,” sambung Susan.
Pembuatan pupuk Bokhasi ini pun akan jauh lebih menguntungkan petani karena hanya membutuhkan waktu proses pembuatan selama sekitar 15 hari, berbeda dengan pupuk kompos biasa, yang memakan waktu 3 hingga 6 bulan.
Pertanian Berkelanjutan
Di tempat terpisah, Henry Saragih, Ketua Umum Serikat Petani Indonesia, mengatakan pengembangan pupuk organik merupakan salah satu bagian upaya SPI untuk membangun pola pertanian berkelanjutan dan pertanian organik.
“SPI akan terus mengembangkan pupuk organik sebagai salah satu upaya untuk melepaskan ketergantungan petani dari pupuk kimia dan memperkuat pola pertanian berkelanjutan,” katanya.
Adapun pengembangan pupuk Bokhasi yang diarahkan untuk tanaman padi, menurutnya, dapat membantu petani mengurangi beban produksi, terlebih harga pupuk kimia yang semakin melambung saat ini.
Sedangkan padi dipilih karena komoditas tersebut saat ini menjadi salah satu komoditas pertanian yang paling krusial di Indonesia menyusul keputusan pemerintah untuk melakukan impor beras dari Thailand dan Vietnam.
“Pupuk Bokhasi dapat membantu para petani untuk menggenjot hasil produksinya dengan kualitas yang lebih baik,” ujar Henry.
Selain pengembangan pupuk organik, tambahnya, SPI juga masih terus mengembangkan ‘pusat perbenihan’ di areal Pusdiklat Bogor yang saat ini sudah memiliki hampir seluruh bibit jenis tanaman pertanian di Indonesia, khususnya 50 jenis tanaman unggulan, termasuk padi.
Pusat Perbenihan itu sendiri berfungsi untuk melakukan konservasi bibit dan memproduksi bibit-bibit unggulan yang dapat dipasok oleh para petani, khususnya ratusan ribu petani anggota SPI di seluruh tanah air.
dapat megurangi penggunaan pupuk kimia..
saya sudah tau dan peernah mencobanya , dan hasilnya memang cukup baik dan bagus untuk pengembangan dengan menggunakan pupuk bhokasi . tetapi kurang maksimal jika pupuk ini masih menggunakan tenaga manual .alangkah baiknya jika mempunyai alat yang dapat di gunakan untuk yang notabenya di pergunakan bukan padi saja, saya sudah menguji nya dengan tanaman tanaman lanjutan seperti tanaman nilam , pertanyaan saya ? apabila pupuk khompos tersebut di lakukan pencampuran pupuk NPK dengan dosis yang bagaimana?,,,,,,,, dan apakah bisa menyuplai pasokan tanaman tanamn jelaskan/