Solidaritas untuk Palestina Warnai Asia Learning Exchange on Agroecology Economies

BOGOR. Sesi solidaritas untuk Palestina digelar dalam rangkaian Asia Learning Exchange on Agroecology Economies di IPB International Convention Center, Senin (21/4/2025). Sesi ini dimoderatori oleh Zainal Arifin Fuad, Kepala Departemen Luar Negeri Serikat Petani Indonesia (SPI) sekaligus anggota Komite Koordinasi Internasional (ICC) La Via Campesina. Acara ini menghadirkan Omar Abdalilah Annaz Teeti dari Union of Agricultural Work Committees (UAWC), yang memaparkan kondisi terkini masyarakat dan petani Palestina.

Dalam paparannya, Omar menyampaikan kondisi terkini masyarakat Palestina yang menghadapi penjajahan berkepanjangan, blokade, serta kerusakan sosial-ekonomi akibat agresi militer yang terus berlangsung. Ia menggambarkan secara langsung bagaimana kondisi pertanian Palestina tidak hanya menjadi sektor ekonomi penting, tetapi juga simbol ketahanan dan identitas budaya rakyat Palestina.

Omar memaparkan data yang menggugah kesadaran: lebih dari 52.000 warga Palestina tewas sejak eskalasi militer terbaru Oktober 2023, termasuk 20.000 anak-anak. Infrastruktur hancur, lebih dari 1,4 juta warga kehilangan tempat tinggal, dan 830 sekolah diratakan.

Omar mengungkapkan bahwa petani di Palestina menghadapi dua tantangan besar, yaitu perubahan iklim dan pendudukan militer. Tidak hanya kehilangan lahan, tetapi petani di Palestina juga kehilangan hak untuk hidup dan bertani dengan damai.

UAWC selama ini menjalankan kerja-kerja penting seperti penyelamatan benih lokal, advokasi untuk hak atas air dan tanah, serta penguatan komunitas petani melalui pendekatan agroekologi. Organisasi ini juga menjadi garda depan dalam mendorong resistensi non-kekerasan melalui sistem pangan yang berkeadilan.

Selain menjadi narasumber dalam sesi solidaritas, Omar juga berperan aktif dalam diskusi tematik mengenai Participatory Guarantee System (PGS). Dalam forum itu, ia menyampaikan bahwa PGS sangat cocok diterapkan pada petani skala kecil secara internal. Namun, dalam skala yang lebih besar, ada banyak tantangan — mulai dari standar pengemasan, produksi, hingga ekspor.

Lebih lanjut, Omar menekankan bahwa di Palestina, PGS bukan hanya soal sertifikasi, tetapi juga membangun hubungan saling percaya antara produsen, petani, dan konsumen dalam konteks krisis dan ketidakstabilan politik. Sistem ini menjadi alat penting untuk mempertahankan integritas produk organik dan nilai-nilai lokal dalam rantai pangan.

Para peserta dari berbagai negara di Asia—termasuk Indonesia dan Malaysia—mengungkapkan rasa hormat dan solidaritas yang mendalam. Diskusi berkembang tidak hanya pada aspek teknis pertanian, tetapi juga pada bagaimana agroekologi dapat menjadi alat perjuangan politik dan sosial bagi komunitas terdampak konflik, penindasan, atau krisis iklim. Dalam solidaritas lintas negara ini, perjuangan petani Palestina bergema sebagai bagian dari gerakan global untuk keadilan ekologis, sosial, dan politik.

ARTIKEL TERKAIT
SPI Bagikan Kisah Sukses Koperasi Petani dalam Forum Diskusi...
Petani SPI Indramayu Bagikan Pengalaman Agroekologi kepada P...
BERIKAN KOMENTAR ...

INFO TERBARU