SPI memberikan studium general tentang dampak WTO terhadap petani Indonesia di Universitas Indonesia, Jakarta (11/11). Kuliah umum itu terselenggara berkat kerja sama antara Institut for Global Justice (IGJ) dan BEM UI.
Hadir sebagai pembicara antara lain Achmad Ya’kub dari Serikat Petani Indonesia (SPI), Nurrudin dari Aliansi Petani Indonesia (API), Sastro Ma’ruf dari Aliansi Buruh Menggugat (ABM) dan sebagai moderator Indah Sukmaningsih, direktur IGJ. Forum yang dihadiri 60-an mahasiswa UI ini berlangsung dinamis.
Achmad Ya’kub menyatakan SPI mendesak agar pertanian dikeluarkan dalam perundingan-perundingan di WTO. Karena isinya sangat merugikan petani kecil dan petani-petani di negara miskin. WTO memaksakan kepada negara-negara anggotanya untuk meliberalkan pasar dan kebijakan nasionalnya.
Menurut Ya,kub ada tiga hal penting yang termaktub dalam perjanjian pertanian WTO, yakni pembukaan akses pasar seluas-luasnya, pengurangan subsidi domestik dan pengurangan subsidi ekspor. “Jelas hal tersebut merugikan petani kecil. Petani kecil harus berhadapan dengan pertanian perusahaan berskala luas, kemudian subsidi yang biasanya diterima petani pun harus dihapuskan,” terang dia.
Tak hanya petani, di sektor perburuhan juga tak jauh beda. Menurut Sastro, WTO yang menjadi biangkeladi murahnya upah buruh di negara-negara ketiga dan sistem kerja outsourcing. “Pengetahuan tentang dampak WTO terhadap buruh dan tani ini harus disampaikan kepada sebanyak-banyaknya rakyat,” tegas dia.
Thanks for finally writing about >SPI berikan studium general tentang bahaya WTO di UI – Serikat Petani Indonesia
<Liked it!