Organisasi rakyat dan LSM yang tergabung dalam World Social Forum menggelar aksi di 94 negara. Menurut catatan Forum sosial Dunia (WSF), tahun ini ada 691 aksi yang dilakukan serentak. Aksi tesebut merupakan protes WSF terhadap pertemuan Forum Ekonomi Dunia (WEF) yang dihadiri pebisnis-pebisnis dan pemerintah di Davos, Swiss.
Jutaan rakyat dan organisasi mengadakan aksi untuk menunjukkan bahwa masih ada jalan lain, yakni dunia yang berkeadilan sangat mungkin diwujudkan. Dunia tanpa kemiskinan, pengangguran, kebodohan dan ketidaksetaraan. Semangat ini yang diusung oleh gerakan rakyat dalam melawan kebijakan neoliberalisme yang membunuh, dengan kredo Konsensus Washington: privatisasi, liberalisasi, dan deregulasi.
Di Indonesia, aksi digelar di depan Istana Negara yang diikuti oleh elemen organisasi rakyat yang tergabung dalam Gerak Lawan. Lebih dari 700 massa aksi menyerukan kepada pemerintah untuk melawan neoliberalisme dalam segala bentuknya.
Dalam aksi itu mengemuka delapan tuntutan, diantarnya pembaruan agraria sejati dan meredistribusikan tanah untuk petani, menghentikan impor dan liberalisasi pangan untuk mewujudkan kedaulatan pangan bangsa, membangun industri nasional yang kuat dan meningkatkan kesejahteraan buruh, menolak privatisasi cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup rakyat banyak, menghapuskan utang lama dan menolak utang baru, mencabut UU Penanaman Modal, memberikan pendidikan dan kesehatan gratis untuk rakyat, mewujudkan keadilan iklim untuk melawan pemanasan global, menegakkan keadilan jender dengan meningkatkan akses dan kontrol perempuan dalam pengambilan keputusan
“Semangat WSF sesungguhnya merupakan bentuk perlawanan rakyat global terhadap kebijakan dan praktek ekonomi kapitalistik yang dikontrol oleh korporasi-korporasi besar,” ungkap Ketua Umum SPI Henry Saragih.