TOPORA. Di desa Topora, Propinsi Masvingo, Zimbabwe ini, para petani dapat berbangga hati karena desa mereka merupakan salah satu desa tersukses yang berhasil menerapkan konsep pertanian agroekologi dalam kegiatan bertaninya sehar-hari. Di desa ini, tanaman yang mereka hasilkan benar-benar organik dan diproduksi dengan pengetahuan lokal dan keterampilan tradisional. Mereka tidak menggunakan pupuk kimia dan keterampilan produksi mereka tidak diimpor. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa desa ini terpilih menjadi desa tempat praktek para peserta pertemuan petani se-Afrika tentang agroekologi yang diadakan oleh La Via Campesina (14 Juni 2011).
Para petani di desa ini kemudian berbagi dan menunjukkan kebun sayuran ekologis, tempat mereka belajar sekaligus mempraktekkan langsung pertanian agroekologi bersama-sama. Kebun inilah yang dinamakan demplot Topora. Di kebun seluas satu hektare ini, para petani yang berasal dari desa-desa di sekitar Masvingo berkumpul setidaknya dua minggu sekali untuk saling belajar dan bertukar pengalaman mengenai pertanian agroekologi.
Oliat Mauramba, seorang petani dari sebuah desa di dekat Topora menyebutkan bahwa dia datang ke demplot tersebut setiap hari Selasa dan Jum’at untuk bertemu teman-temannya seprofesi. Dia mengaku sangat senang belajar dan berbagi pengalaman pertanian agroekologi dengan petani-petani dari desa lain.”Saya salah seorang petani yang biasa datang ke pelatihan-pelatihan di daerah Harare dan tempat lainnya. Saya berkewajiban untuk membawa pulang semua pengetahuan yang saya dapat ke setiap petani di desa saya, ” ucap Mauramba yang juga menjadi salah seorang peserta dari pertemuan petani se-Afrika yang digelar oleh La Via Campesina di desa Topora ini.
Sejak tahun 2003, demplot Topora telah membantu melatih petani-petani memahami pertanian agroekologi. Saat ini pertanian organik sudah diterapkan oleh lebih dari delapan ribu petani Zimbabwe yang tergabung dalam ZIMSOFF (Organisasi Tani Zimbabwe-anggota La Via Campesina).
“Kami bertani dengan bibit tradisional yang kami lestarikan sendiri, oleh karena itu sangat bersahabat dengan lingkungan” ungkap Kumbirai Dekete, seorang petani tua Zimbabwe.
Fakta di lapangan adalah setidaknya demplot Topora ini telah berhasil “mengamankan” kebutuhan benih 200 keluarga petani. Di demplot Topora, petani-petani menanam berbagai tanaman, seperti tomat, bayam, anggur, wortel, kacang, tumbuhan herbal, tsunga dan banyak lagi. Sebagian dari hasil produksi pertanian demplot ini disumbangkan ke rumah sakit lokal di Topora. “Kami menyediakan makanan organik sehat untuk mereka yang dirawat di rumah sakit”, kata Mauramba.
Menurut Elisabeth Mpofu, presiden ZIMSOFF, demplot ini sangat berguna karena petani dapat dengan mudah mengadopsi pengetahuan dan praktek pertanian agroekologi. “Saat ini di negara kami, pertanian organik semakin berkembang. Keuntungan terbesar adalah bahwa pasar lokal untuk produk pertanian organik juga ikut berkembang, kami juga sedang berusaha mendapatkan sertifikasi untuk ekspor hasil pertanian organik,” ungkapnya.
Sementara ekspor dapat membantu menambah pendapatan petani kecil, keuntungan terbesar dari agroekologi, menurut La Via Campesina, adalah menyediakan makanan berlimpah dan sehat bagi masyarakat lokal.
“Inilah yang disebut dengan kedaulatan pangan,” ungkap Henry Saragih selaku Koordinator Umum La Via Campesina sekaligus Ketua Umum Serikat Petani Indonesia