JAKARTA. Di tengah satu dari sembilan orang di dunia atau 805 juta jiwa penduduk dunia mengalami kelaparan (berdasarkan laporan FAO per September 2014), ada harapan di peringatan Hari Pangan Sedunia tahun ini. Menurut Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih, harapan itu adalah ketika FAO sebagai organisasi pangan dunia sudah mengakui peran pertanian berbasiskan keluarga tani kecil sebagai penyedia pangan masyakarat dunia yang mampu mengentaskan kelaparan.
“Tahun ini saja FAO mencanangkan sebagai tahun internasional petani keluarga, ini berarti mereka telah mengakui peran petani kecil sebagai soko guru penghapus kelaparan dunia. Selain itu, FAO mengakui prinsip-prinsip kedaulatan pangan untuk diterapkan sebagai dasar pengentasan kelaparan di dunia,” papar Henry di Medan pagi ini (16/10).
Henry menjelaskan, selama ini kelaparan terjadi akibat dari kekeliruan dari sistem pertanian yang dikembangkan yang mengabaikan peran dan kedudukan pertanian keluarga dalam mengurusi pertanian dan pangan.
Di tingkat nasional sendiri, satu dari sebelas orang di Indonesia masih mengalami kelaparan, atau sekitar 8,7%, sejajar dengan Nigeria, Kamerun, Pantai Gading, Mauritania, Cina, Thailand, dan Vietnam.
Menanggapi hal tersebut, Henry menegaskan, pemerintahan SBY selama sepuluh tahun pemerintahannya tidak menghadirkan negara serta mengabaikan kedudukan dan peran pertanian keluarga dalam proses produksi pertanian dan pangan. Inilah alasan mengapa pemerintahan SBY gagal mengentaskan kelaparan dan kemiskinan. Hal ini terbukti dari berkurangnya jumlah keluarga petani selama 10 tahun terakhir, dari 31,17 juta pada 2003, menjadi 26,14 juta pada 2013, artinya lima juta KK hilang selama 10 tahunnya, 500 ribu KK setiap tahunnya, atau hampir setiap satu menit satu keluarga petani meninggalkan tanah pertaniannya.
“Akibatnya kondisi kehidupan petani semakin menurun. Hal ini tercermin dari NTP (Nilai Tukar Petani) pangan yang masih di bawah 100 (NTP pangan Oktober 2014 hanya 98,13) dan indeks kebahagiaan masyarakat desa (64,32) yang lebih rendah dari masyarakat perkotaaan (65,92). Di sisi lain impor pangan melonjak empat kali lipat di 2003 sebanyak US$ 3,34 miliar menjadi US$ 14,9 miliar tahun lalu,” tuturnya.
Oleh karena itu Henry menyambut dengan optimis rencana pemerintahan Jokowi-JK yang berkomitmen untuk menegakkan kedaulatan pangan di Indonesia.
“Jika kita berdaulat pangan, maka tidak akan ada yang kelaparan. Untuk itu kami siap mengawal Jokowi-JK melakukan transisi dari paradigma ketahanan pangan menjadi kedaulatan pangan seperti yang tercantum dalam nawacita Jokowi-JK. Inilah jalan yang terbuka yang menjadi harapan kami para petani di Hari Pangan Sedunia tahun ini,” tambah Henry.
Kontak selanjutnya:
Henry Saragih, Ketua Umum SPI, 0811 655 668