MEDAN. Selain Arabika Poco Kuwus, Mbohang, Manggarai, Flores dan arabika – robusta Kepahiang Bengkulu, Serikat Petani Indonesia (SPI) masih memiliki kopi single origin ciamik lainnya. Salah satunya adalah kopi arabika yang berasal dari Rohdearni, Desa Ambarisan, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
Punguan Gultom, Ketua Badan Pelaksana Cabang (BPC) SPI Simalungun menjelaskan, kopi arabika rohdearni ambarisan ditanam di ketinggian mulai dari 900 mdpl.
“Rohdearni adalah salah satu basis SPI di Desa Ambarisan. Di sana ada 42 orang anggota basis, rata-rata anggota memiliki luasan 0,3 hektar tanaman kopi arabika,” kata Punguan Gultom.
Punguan menjelaskan, para petani kopi SPI yang 42 orang tersebut menerapkan pertanian agroekologi, mengelola lahan pertanian dengan memfaatkan potensi alam sekitar, tidak memakai bahan kimia serta menanam beraneka macam tanaman dalam satu lahan, tidak monokultur.
“Kopi arabika tumbuh subur berbaris di antara tanaman lain di ladang anggota basis. Padi, sayuran, cabai, pisang, air aren, jengkol, petai, kopi, durian, komoditi pertanian lainnya dihasilkan petani anggota SPI Basis Rohdearni,” papar Punguan.
Punguan menjelaskan, selama ini permasalahan petani kopi SPI di sana adalah kurangnya pengetahuan dan informasi petani terkait perawatan kopi berakibat kurang maksimalnya hasil panen.
“Demikian juga proses panen dan pengolahan hasil panen yang kurang didapatkan petani menjadikan biji kopi asalan, kurang berkualitas. Belum lagi biji kopi dijual kepada pengepul atau agen dengan harga yang tidak sesuai,” papar Punguan.
Potensi
Menanggapi hal ini, Zubaidah, Ketua Badan Pelaksana Wilayah (BPW) SPI Sumatera Utara (Sumut) menyampaikan, pasar kopi arabika yang semakin besar yang ditandai bertumbuhnya warung atau kedai kopi serta meningkatnya konsumen kopi arabika di Indonesia menjadikan peluang pasar untuk kopi hasil petani SPI Basis Rohdearni Simalungun.
“Perbaikan biji kopi (green bean) secara kualitas dan cara budidaya tanaman kopi yang tepat untuk meningkatkan produksi adalah upaya yang harus dilakukan petani kita di sana,” tutur Zubaidah.
Zubaidah melanjutkan, salah satu upaya yang dilakukan oleh DPW SPI Sumut adalah menciptakan, membangun pasar yang berkeadilan dengan memotong rantai distribusi, harga yang layak untuk petani dan pantas pada konsumen.
“DPW SPI Sumut mendorong terbentuknya Koperasi Petani Indonesia (KPI) di Rohdearni sebagai tempat tata kelola usaha produksi petani SPI Basis Rohdearni dengan kopi arabika menjadi salah satu produk usaha koperasi,” sambungnya.
Layak
Hal senada ditambahkan Zulfie Herwinsyah, pengurus BPW SPI Sumatera Utara. Zulfie menjelaskan kopi arabika rohdearni ambarisan sudah layak jual dan memiliki citarasa yang tidak kalah dengan jenis kopi-kopi single origin nusantara lainnya. Hal ini ia kemukakan pasca kopi rohdearni ambarisan dipamerkan dalam sebuah acara berskala internasional, “The ASEAN Learning Series and Policy Engagement on Agricultural Cooperatives” di Yogyakarta, 19-21 Juli 2017.
“Dalam acara itu dilakukan acara cupping (uji citarasa kopi) yang dilakukan oleh teman-teman dari Wikikopi Yogyakarta. Hasilnya, kopi yang varietasnya adalah catimor ini mendapatkan skor 76, skor yang sudah cukup bagus, meski di sana sini masih banyak yang harus dibenahi,” tambah Zulfie yang menjadi salah satu perwakilan SPI dalam acara tersebut.