Muswil SPI Yogyakarta: Tegakkan Kedaulatan Pangan dengan Bangkitkan Budaya Lokal

Muswil_spi_Jogja

BANTUL.  Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Serikat Petani Indonesia (SPI) Yogyakarta menggelar Musyawarah Wilayah (muswil) ke-2 pada 08-09 Februari 2014 di balai desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Dengan mengambil tema “Kedaulatan Pangan Berbasis Budaya Lokal”, muswil ini dihadiri oleh seratusan peserta yang berasal dari empat kabupaten yaitu Kulonprogo, Bantul, Sleman, yang merupakan perwakilan Dewan Pengurus Cabang (DPC) masing-masing kabupaten, sedangkan peserta dari Kabupaten Gungung kidul sebagai peserta peninjau. Muswil ini juga dihadiri oleh Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi DIY, Dinas Pertanian Kabupaten Bantul, hingga para mahasiswa.

Rangkaian muswil DPW SPI Yogyakarta kali ini dimulai dengan sarasehan membedah membedah budaya lokal masyarakat agraris, di sekretariat DPC SPI Bantul.

Ketua Umum SPI Henry Saragih yang hadir dan membuka muswil kali ini menyampaikan kedaulatan pangan adalah hak setiap bangsa dan setiap rakyat untuk memproduksi pangan secara mandiri dan hak untuk menetapkan sistem pertanian, peternakan, dan perikanan tanpa adanya subordinasi dari kekuatan pasar internasional.

“Ada tujuh prasyarat utama untuk menegakkan kedaulatan pangan. Pertama adalah pembaruan Agraria; adanya hak akses rakyat terhadap pangan; penggunaan sumber daya alam secara berkelanjutan; pangan untuk pangan dan tidak sekadar komoditas yang diperdagangkan; pembatasan penguasaan pangan oleh korporasi; melarang penggunaan pangan sebagai senjata; dan pemberian akses ke petani kecil untuk perumusan kebijakan pertanian,” papar Henry.

Henry juga menyampaikan, petani kecil adalah tulang punggung penegakan kedaulatan pangan di suatu negara, bukan pertanian berbasiskan industri oleh korporasi.

Hal senada disampaikan oleh Ketua Badan Pelaksana Wilayah (BPW) SPI Yogyakarta, Tri Hariyono. Ia menyampaikan untuk menegakkan kedaulatan pangan di suatu daerah bisa mengembangkan pangan lokal di masing-masing daerah sesuai dengan potensi pangan lokal masing-masing.

“Dengan merevitalisasi sistem pangan komunitas, mengembangkan potensi pangan lokal, akan mampu mengatasi krisis pangan dan menegakkan kedaulatan pangan di Yogyakarta ini,” tutur Tri.

Dalam muswil kali ini, Tri Hariyono terpilih kembali sebagai Ketua Badan Pelaksana Wilayah (BPW) SPI Yogyakarta untuk periode 2014-2019.

“Terimakasih atas amanah yang diberikan kepada saya. Selama lima tahun ke depan SPI Yogyakarta akan mendesak pemerintah daerah untuk membuat kebijakan yang lebih berpihak kepada petani, untuk memberikan subsidi kepada petani, untuk memberikan dukungan terhadap teknologi yang dikembangkan petani lokal, dan mendorong pemerintah untuk membuka pasar bagi petani kecil atas hasil panen dan paska panen,” tuturnya.

Tri menambahkan DPW SPI Yogyakarta akan lebih membangun ekonomi mikro dengan membuat badan usaha dan koperasi lokal,  membuat demplot di kabupaten sebagai percontohan dan sarana untuk pertukaran informasi permasalahan pertanian bagi petani, hingga mengembangkan kerjasama dengan lembaga-lembaga yang peduli kepada petani dan pertanian untuk mencapai tujuan organisasi.

Sementara itu, Muswil juga menetapkan Sukijan, Subadi, dan Hardi sebagai Majelis Wilayah Petani (MWP) SPI Yogyakarta, dan Muhammad Marzuqi sebagai Majelis Nasional Petani (MNP) utusan Yogyakarta.

ARTIKEL TERKAIT
Puasa ‘Tarekat “ a la Tim Jerman dan Harapan dari Ultah ...
Posisi petani dalam perdebatan perubahan iklim
Henry Saragih: "Segerakan Distribusi Lahan ke Petani Kecil"
Safari Ramadhan DPP SPI 2013 di Yogyakarta SPI Siap Judicial Review UU yang Tidak Berpihak ke Petani Ke...
BERIKAN KOMENTAR ...

INFO TERBARU