JEPANG. Pemuda tani Serikat Petani Indonesia (SPI) asal Banten, Angga Hermanda, menjadi inspirasi pemuda tani se-Jepang dalamĀ konferensi ke-26 pemuda Nouminren (Gerakan Petani Jepang) dengan tema “Let’s Think About Tomorrow’s Earth“.
“Pada 12 Februari 2018 di Saitama Jepang, aku jadi pemantik diskusi di konferensi yang dihadiri 50 perwakilan pemimpin pemuda dari seluruh Jepang,” kata Angga.
Angga menerangkan, sesi pertama diisi dengan pemaparan Erika Takeo (26), pemudi dari Nicaragua (ATC) tentang Gerakan Agroekologi di Amerika Tengah. Gerakan agroekologi dikuatkan untuk melawan sistem revolusi hijau. Anggota La Via Campesina (LVC, Gerakan Petani Internasional) di Amerika Tengah dan Latin mendirikan sekolah agroekologi di masing-masing negara.
“Sekolah agroekologi regional LVC Amerika Tengah dan Latin berada di Nikaragua yang diberi nama IALA (Latin American Institute of Agroecology). Peserta dari sekolah ini berasal dari petani anggota LVC,” kata Angga.
Sesi kedua diisi oleh Angga Hermanda. Ia memaparkan tentang sejarah perampasan tanah dan hak asasi petani.
“Perampasan tanah saat ini terjadi di seluruh dunia. Jika dahulu kolonialisme merampas secara teritorial, saat ini tidak hanya itu. Perampasan juga diperluas ke berbagai sektor misalnya ekonomi melalui WTO (organisasi perdagangan bebas) dan perjanjian perdagangan bebas,” paparnya.
Angga melanjutkan, perdagangan global menjadikan perampasan tanah petani secara besar-besar. Dengan dalih memenuhi permintaan pasar global, perluasan perkebunan terus dilakukan. Padahal tanah-tanah itu sejatinya menjadi Tanah obyek reforma agraria yang didistribusikan kepada petani.
“Disinilah Hak Asasi Petani terkhusus hak petani atas tanah sangat penting. Semoga Deklarasi PBB tentang Hak Asasi Petani dan orang yang bekerja diperdesaan segera disahkan,” imbuhnya.
Selanjutnya, pada 13 Februari 2018, Erika dan Angga juga menjadi pemantik diskusi dalam Simposium Internasional yang diselenggarakan Nouminren di House of Council di Tokyo.
Tetsuya Hirama (36), Ketua Pemuda Nouminren, berharap dengan materi yang disampaikan Angga dan Erika, pemuda dan petani Jepang semakin termotivasi untuk terus berjuang.
“Karena tantangan yang sama terjadi di berbagai belahan dunia. Kita harus perkuat La Via Campesina, ditengah ketimpangan dunia saat ini. Kita pemuda dan petani yang memberikan pangan dunia, berjuang untuk merubah dunia menjadi lebih adil,” tambah Tetsuya.
Wah.. menginspirasi ya.. mantap