LANGKAT. Di tengah serba keterbatasan dan kesederhanaan, seratusan keluarga petani anggota Serikat Petani Indonesia (SPI) di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara bias tersenyum ceria. Pasalnya mereka juga ikut merasakan daging kurban dalam perayaan Hari Raya Idul Adha 1438 H (03/09).
Ketua Badan Pelaksana Wilayah (BPW) SPI Sumatera Utara (Sumut) Zubaidah menyampaikan, ada dua ekor kambing yang dipotong dan disembelih untuk selanjutnya dimakan bersama oleh petani SPI Mekar Jaya.
“Satu kambing dari Ketua Umum SPI Henry Saragih, satu lagi dari kawan kita Bang Andi Kurnia,” kata Zubaidah (04/09).
Zubaidah berharap agar pemotongan hewan kurban di Hari Raya Idul Adha tahun ini, di Desa Mekar Jaya, bisa memperkuat semangat perjuangan petani SPI di sana.
“Sebagaimana kita sama-sama mengetahui, beberapa waktu lalu, 70-an rumah milik petani SPI Mekar Jaya dihancurkan oleh PT Langkat Nusantara Kepong (LNK),” kata Zubaidah.
“Sebelumnya lahan-lahan mereka sudah dihancurkan juga dan diratakan dengan tanah, dikriminalisasi, hingga mengalami kekerasan fisik yang parah. Tapi alhamdulillah hingga detik ini saudara-saudara kita di Mekar Jaya ini tidak bergeming sedikit pun dalam perjuangan mempertahankan lahannya, mempertahankan haknya,” puji Zubaidah.
Zubaidah menambahkan, tindakan PT LNK ini tentu saja bertolak belakang dengan perintah Presiden Jokowi untuk segera melaksanakan reforma agraria, meredistribusi lahan untuk mengatasi kesenjangan ekonomi.
“Desa Mekar Jaya ini sebelumnya telah didaftarkan menjadi kampung reforma agraria,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Badan Pelaksana Cabang (BPC) SPI Langkat Suriyono berterimakasih atas dua buah kambing yang disembelih dan dikurbankan di Desa Mekar Jaya.
“Kami sangat berterimakasih atas dukungan teman-teman semua, saudara-saudaraku semua, sehingga di Hari Raya Idul Adha tahun ini kami masih bisa menikmati daging kurban,” kata Suriyono.
Suriyono melanjutkan, pasca penghancuran lahan, kekerasan fisik, intimidasi, dan penghancuran rumah tempat tinggalnya, para petani SPI Mekar Jaya mendirikan gubuk-gubuk sederhana sebagai “rumah darurat” mereka.
“Meskipun rumah kami sudah diratakan, lahan dan tanaman yang jadi mata pencaharian kami dihancurkan dan dimusnahkan sehingga anak-anak kami terancam pendidikannya, kesehatannya, masa depannya, kami tidak akan pernah meninggalkan lahan kami, tanah kami, Ini adalah hak kami,” tegasnya.