BALI. Sekitar 15 orang petani anggota Serikat Petani Indonesia (SPI) dari Jawa Timur, Bogor, bersama petani Bali mengikuti pertemuan petani benih internasional La Via Campesina. “Benih Petani dalam Perlawanan”, demikian tema pertemuan yang dimulai tanggal 7-18 Maret 2011 di Bali, Indonesia.
Dalam pembukaan pertemuan ini, Henry Saragih Ketua Umum SPI yang juga koordinator umum La Via Campesina menyampaikan pentingnya keterlibatan petani dalam Traktat Benih FAO yang akan dimulai minggu depan. Henry juga berharap pertemuan petani La Via Campesina ini akan menghasilkan dan memperkuat posisi La Via Campesina untuk melindungi benih dan keanekaragaan hayati, yang juga akan dipresentasikan di hadapan pemerintah pada Traktat Benih.
Alberto Gomez, salah satu koordinator komite internasional yang juga merupakan koordinator komite keanekaragaman hayati dan sumberdaya genetik La Via Campesina kembali menekankan pentingnya perjuangan petani melindungi benih.
“Saat ini kita menghadapi krisis multidimensi, dan dunia pertanian kita berada di pusat krisis namun pada saat yang sama menjadi bagian penting dalam solusi menghadapi krisis tersebut. Melindungi benih lokal merupakan salah satu bentuk perjuangan kita menghadapi krisis” demikian ujar Alberto.
Banyak petani di seluruh dunia menghadapi kriminalisasi karena mengembangkan dan mempertukarkan benih lokal, seperti juga yang dialami petani di Indonesia. Di Jawa Timur, sejumlah petani menghadapi tuntutan hukum karena mengembangkan dan menyilangkan benih jagung. Sementara itu petani merasakan secara langsung dampak dari menghilangnya kekayaan hayati akibat benih hibrida dan trasngenik. Padahal tanpa benih tidak ada pertanian, tanpa pertanian tidak ada makanan dan tanpa makanan tidak akan ada manusia. Pertemuan ini juga diharapkan dapat memperkuat kampanye global La Via Campesina untuk pertukaran benih di tingkat nasional.