JAKARTA. Harga daging ayam kini sedang naik. Namun harga ini ternyata tidak berkorelasi langsung dengan kesejahteraan peternak lokal.
Ini karena harga ayam hidup (live bird) di tingkat peternak cukup kecil: tak sampai Rp 14.000 per ekor.
“Ini di bawah HPP peternak rakyat,” ujar Aswin Pulungan, Sekretaris Presidium Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia (PPUI) seperti dikutipĀ detik.com.
Namun yang lebih parah lagi, ternyata peternak lokal kita harus bersaing dengan peternak besar yang mayoritas adalah Penanaman Modal Asing (PMA).
“Sekitar 80% peternakan unggas terintegrasi dikuasai asing, maka situasi sekarang amat sulit bagi peternak lokal,” ujar Henry Saragih, Ketua Serikat Petani Indonesia (SPI), yang sedang berada di Turki, tadi pagi (23/02).
Saat ini ribuan peternak lokal bersikap menunggu harga pasar membaik.
Tata niaga unggas dianggap kurang berpihak bagi peternak lokal.
“Apalagi belakangan ini stok jagung menipis, jadi harga pakan juga relatif naik,” tutur Henry lagi.
Oleh karena itu, petani besar tetap memegang kepastian pasar. Output produksi mereka yang banyak menyiratkan kemampuan juga untuk mengendalikan harga.
“(Tata niaga unggas) Harus diperbaiki pemerintah,” ujar Henry lagi.
“Mesti ada keadilan untuk usaha ternak unggas lokal, karena peternak kita juga ingin bekerja dan maju,” tutup dia.