BALI. Pada hari pertama (14/03) Sesi Tahunan ke-4, Sekretariat Perjanjian Internasional Sumberdaya Hayati atas Pangan dan Pertanian (ITPGRFA) yang diikuti 127 negara penandatangan Traktat ini, La Via Campesina dan Organisasi Masyarakat Sipil lainnya membuat tanggapan bersama (intervensi) terhadap laporan Sekretariat yang diwakili oleh SPI (Titis Priyowidodo- Ketua Pusat Perbenihan Nasional SPI).
Berikut adalah isi pidatonya yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia:
Kami mengucapkan terima kasih kepada Sekretaris. Saya seorang petani dari Indonesia. Anda tidak bisa mendengar suara saya, karena saya berbicara dengan bahasa saya. Ini adalah penterjemah saya. Sangat disayangkan, bahwa traktat ini belum mampu menghargai bahasa yang dipakai di negara tempat dia bertemu.
Saya bicara atas nama, La Via Campesina dan seluruh organisasi masyarakat sipil.
Pada pertemuan badan pemerintahan yang kedua, masyarakat sipil menyarankan agar traktat ditunda dulu, daripada meneruskan bekerja tanpa sumberdaya. Pada pertemuan ketiga, kami tetap optimis dan menekankan pada program dan berasumsi negara peratifikasi traktat akan bertanggungjawab melaksanakannya. Sekarang, kami juga masih mengharapkannya.
Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk mendorong konservasi, penggunaan berkelanjutan dan pertukaran sumberdaya genetik tanaman dalam rangka memberi pangan generasi sekarang dan mendatang, juga untuk menjawab perubahan iklim. Traktat mengakui sejarah pentingnya petani hingga saat ini, untuk mencapai cita-cita ini dan menjelaskan mengenai elemen Hak Petani.
Sampai dimana kita sekarang?
Terdapat beberapa kemajuan. Pemerintah makin sadar pentingnya keragaman hayati tanaman. Terdapat kemajuan substantif jumlah spesies tanaman dalam koleksi. Terdapat keterlibatan petani dan masyarakat sipil dalam konservasi pertanian.
Namun tidak semuanya berupa berita bagus.
Konsentrasi perusahaan dalam industri benih tumbuh substansial. Tahun 2004, 10 perusahaan benih terbesar mengontrol 50% perdagangan benih. Sekarang, mereka mengontrol 73%.
Saat kita bicara saat ini, pemerintah masih belum setuju tentang mekanisme kepatuhan atau pangaturan pembiayaan yang baik. berharap bahwa perusahaan multinasional akan sukarela mendonasikan “sesuatu”. Tetapi kemanapun dana perusahaan diarahkan dibawah traktat, membuat traktat tergantung dari para lembaga/pribadi pengucur dana.
Sekarang setidaknya 261 aplikasi paten multi-genome yang mengancam monopoli atas standar DNA umum pada spesies umum pertanian. 77% dari klaim ini dilakukan oleh 6 perusahaan.
Saat traktat mulai berlaku, memerlukan 13 tahun dan biaya 3 milyar dollar untuk memetakan 1 genome. Hari ini hanya butuh 10 hari dan biaya 5000 Dolar. Dalam 2 tahun hanya butuh 15 menit. Sekali dipetakan, maka ia menjadi sequence digital yang bisa dipakai oleh ahli biologi tanpa tergantung plasma nutfah. Teknologi ini secara fundamental akan membuat turunnya minat pada gen bank dan keragaman hayati.
Inilah gambaran suram, meski demikian kita tidak kehilangan harapan. Kita mencari tanda-tanda untuk perubahan nyata. Kita tahu secretariat mengerjakan terbaik. Tetapi tanpa signal yang jelas kita bisa tersesat.
Terima kasih. Madam President, saya berikan seluruh teks deklarasi ini ke seluruh organisasi masyarakat sipil.