ZIMBABWE. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) telah melaksanakan dan merekam profil dari pertanian keluarga berbasiskan agroekologi yang sukses, yang dilakukan oleh anggota La Via Campesina (LVC). Upaya bersama ini datang sebagai bagian dari kerjasama antara FAO dan LVC untuk mempromosikan agroekologi. Berikut ini adalah sedikit profil tentang Sekolah Agroekologi Shashe di Zimbabwe, yang dijalankan dan dikelola oleh keluarga petani dari ZIMSOFF (Ormas Tani Zimbabwe), anggota LVC.
Pengalaman masyarakat Shashe di Provinsi Masvingo, Zimbabwe, adalah mikrokosmos dari visi yang lebih luas dari La Via Campesina (LVC). Shashe adalah komunitas petani yang mendapatkan tanah mereka pertama melalui pendudukan lahan, dan kemudian diuntungkan oleh Program Land Reform Cepat yang dilaksanakan oleh pemerintah Zimbabwe pada tahun 2000. Lahan yang sekarang mereka gunakan untuk bertani secara resmi dahulunya adalah lahan terlantar milik para peternak sapi. Sekarang, lahan ini menghasilkan jauh lebih banyak makanan dari sebelumnya, makanan yang diproduksi terutama melalui praktek-praktek pertanian ekologis.
ZIMSOFFF (Forum Petani Kecil Organik Zimbabwe) adalah representasi dari keluarga petani yang bertani dengan sistem pertanian agroekologi di Zimbabwe. ZIMSOFF telah mengembangkan proses partisipatif dari perencanaan dan manajemen penggunaan lahan secara ekologi, dan mendorong nilai tambah untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Organisasi ini memiliki sekitar 19.000 petani kecil yang terbagi atas empat kelompok besar, yaitu kluster barat, timur, utara dan tengah. Kluster-kluster ini terdiri atas 64 organisasi petani kecil yang saling mendukung satu sama lain dengan sebuah aliansi. Shashe sendiri adalah organisasi petani kecil lokal yang berada di kluster tengah.
Para petani Shashe terdiri atas 380 penerima lahan (porgram land reform pemerintah) yang dimukimkan kembali pada tahun 2000 di blok peternakan , yang mencakup sekitar 15.020 hektar. Dulunya, daerah ini, sekitar 23% dialokasikan untuk tujuan perumahan dan bercocok-tanam, dan sisanya untuk menggembalakan ternak. Wilayah ini kering, hanya menerima sekitar 400 mm curah hujan per tahun, dan dahulu fungsi utamanya adalah sebagai peternakan yang diusahakan oleh petani kulit putih. Selanjutnya, para petani kecil lokal yang sebelumnya tak bertanah, memperluas fungsi penggunaan lahan tersebut karena saat ini mereka bercocok tanam sekaligus beternak. Sekolah Agroekologi Sashe adalah salah satu dari lebih 40 sekolah agroekologi La Via Campesina di seluruh dunia, yang mempromosikan pertukaran pengalaman melalui pembelajaran horisontal, untuk menyebarkan praktek-praktek pertanian agroekologi. Sekolah-sekolah ini secara kolektif telah mengembangkan kunci dari strategi perlawanan untuk memerangi ketergantungan pupuk dan input pertanian kimia, dan bertahan hidup menghadapi perubahan iklim.
Shase, sebagai organisasi petani kecil lokal, para petaninya menggunakan berbagai praktik agroekologi untuk memastikan kedaulatan pangan, memitigasi dampak perubahan iklim, dan mengurangi ketergantungan atas input pertanian kimia, sehingga berhasil menghemat pengeluaran tiap-tiap keluarga. Praktek-praktek ini termasuk penggunaan pupuk organik, mulsa, persiapan lahan minimum, menanam tanaman tumpang sari, pertukaran dan penggunaan benih tradisional, hingga saling berbagi tanaman yang sudah diserbukkan. Praktek-praktek seperti ini adalah landasan untuk membangun masa depan pertanian baru bagi para petani, tidak hanya di ZIMSOFF, tapi secara global.
Mempromosikan Pupuk Organik dan Mulsa: Mengurangi Ketergantungan pada Pupuk Kimia
Pupuk organik telah digunakan oleh petani di Zimbabwe selama beberapa generasi, merupakan bagian dari kearifan lokal. Manfaat pupuk, misalnya, didokumentasikan dengan baik dalam literatur. Para petani kecil anggota Sashe menggunakan pupuk kandang dari sapi dan kambing untuk menyuburkan ladang dan kebun mereka. Beberapa petani juga menggunakan kompos yang diperkaya dengan berbagai tanaman yang dicampur dengan pupuk kandang dari unggas.
Sisa tanaman, terutama dari jagung, biasanya jadi komposisi dominan untuk pembuatan pupuk kandang. Setelah panen, sisa-sisa tanaman ini dimasukkan ke dalam kandang ternak untuk kemudian diinjak-injak oleh binatang, sehingga bercampur dengan dengan kotoran dan urin. Selanjutnya, kombinasi pupuk kandang dan sisa-sisa tanaman ini digali dan ditimbun sebelum hujan. Proses dekomposisi akan menghancurkan biji gulma dan meningkatkan kandungan nitrogen, dan kemudian ditaburkan di bidang sebelum membajak lahan. Beberapa petani, yang kekurangan tenaga (kerja), langsung menerapkan pupuk kandang ke ladang, tetapi praktik ini memungkinkan benih gulma yang belum rusak berkecambah dan menyebar. Beberapa petani mengatasi tantangan ini dengan membuat kelompok kerja, saling bertukar tenaga kerja, untuk menggali dan mengosongkan pihak bekerja untuk pertukaran tenaga kerja, untuk menggali dan mengosongkan tumpukan pupuk kandangnya.
Untuk benar-benar menghancurkan benih gulma, dan secara signifikan meningkatkan kadar nitrogen, beberapa petani, seperti Pak Mavedzenge, melakukan dekomposisi komplit pupuk kandang dalam kondisi anaerob di dalam sebuah lubang yang tertutup total. untuk setidaknya satu musim hujan. Hal ini meningkatkan kandungan nitrogen tiga kali lebih banyak. Sekali lagi, pupuk organik ini bebas gulma, dan siap untuk diaplikasikan pada tanaman.
Menurut Buk Mudzingwa, petani anggota Shashe, tumbuhan yang ditanam dengan pupuk organik memiiki kualitas yang sama, bahkan lebih baik daripada yang menggunakan pupuk anorganik, pupuk kimia. Jadi tidak perlu bagi mereka untuk menghabiskan uang dalam jumlah besar untuk membeli bahan-bahan kimia. Selain itu, katanya, nitrat dalam pupuk buatan yang larut dan larut dengan mudah, menyebabkan ketidakseimbangan tanah dan akhirnya mempengaruhi organisme tanah dan kesuburannya.
Selain pupuk organik dan kompos, mereka juga menggunakan pupuk cair. 40-50kg pupuk dimasukkan dalam karung dan ditangguhkan dalam drum 300 liter sebagian diisi dengan air selama 10-14 hari. Kotoran ini kadang-kadang dicampur dengan kacang-kacangan dan daun untuk meningkatkan kandungan nitrogen. Air kaya nutrisi ini kemudian diencerkan dan diterapkan untuk sayuran.
Membangun fondasi yang kuat untuk kedaulatan benih melalui berbagai pertukaran benih
Dalam upaya untuk membangun kedaulatan benih di Shashe, petani mengunjungi dan mengumpulkan benih tradisional dan varietas-varietas dari berbagai belahan Zimbabwe. Pak Mpofu dan istrinya Elizabeth Mpofu, Koordinator Umum La Via Campesina, tetap menjaga dan menggandakan berbagai benih yang dikumpulkan dari berbagai daerah melalui pertukaran dan berbagi dengan petani lainnya. Mereka memiliki lebih dari 15 varietas yang berbeda dari masing-masing jagung, sorgum, berbagai jenis kacang, labu, melon dan banyak tanaman tradisional lainnya. Sebagian besar benih telah dibagikan ke sesama petani Shashe. Misalnya, Pak Mpofu telah menangkarkan benih jagungnya selama 8 tahun, dan sebagian besar petani datang kepadanya untuk mendapatkan varietas jagung tradisional tertentu yang tidak lagi mereka miliki.
Sebagai perwakilan dari petani, mereka terus mencari benih-benih, khususnya benih tradisional dan varietas-varietas penyerbukan terbuka, untuk memberikan keuntungan kepada petani lokal. Sekolah Agroekologi juga memproduksi benih bagi kebanyakan sayuran yang mereka tanam. Mereka membiarkan tanaman berbunga dan menghasilkan biji. Praktek ini dipelajari dari petani lain melalui pertukaran pengetahuan secara horizontal.
Ciptakan Pasar Lokal
Menurut Pak Mudzingwa, para petani menanam apa yang mereka makan, jadi mereka sendiri adalah pasar pertama; tetangga adalah pasar kedua. Dengan demikian, mereka sedang membangun pasar lokal untuk produk lokal. Hal ini mengurangi kebutuhan untuk mengangkut dan menjual hasil panen ke kota-kota, dan mempertahankan sebagian besar uang tunai dalam dompet petani. Produk lainnya yang diperdagangkan secara lokal adalah bahan makanan yang kaya akan sumber protein seperti daging, susu, dan ayam. Sereal, terutama jagung, biasanya dijual kepada Dewan Pemasaran Biji-Bijian pada saat panen yang baik.
Para petani menyimpan jagung dan jagung kupas dalam jumlah yang cukup di lumbungnya untuk memberi makan keluarga mereka. Selama masa kekurangan gandum, petani dengan kelebihan gandum menjual kepada yang mengalami defisit. Sekali lagi, petani cenderung bertukar gandum dengan tenaga kerja, terutama selama membajak dan penyiangan. Sereal lainnya seperti sorgum dan millet yang dijual secara lokal, terutama untuk petani yang membuat minuman berakohol.
Hidup dan Memanfaatkan Alam Sekitar : Dinding Batu dan Tenaga Surya
Petani di Shashe telah menguasai seni hidup dengan alam, sehingga mampu memaksimalkannya dan mengambil manfaat darinya. Beberapa bagian dari Shashe adalah daerah yang berbatu dan petani telah menemukan cara untuk menggunakan batu untuk menghentikan erosi tanah di kebun dan rumah tinggalnya. Beberapa telah menggunakan batu untuk membuat pagar di rumahnya. Para petani mengatakan bahwa dinding-dinding batu tersebut tahan lama, kuat dan murah biaya pengerjaannya. Beberapa petani menggunakannya sebagai bahan bangunan, sementara yang lain menggunakannya untuk menata dekorasi di kebun. Para petani juga melestarikan pohon-pohon lokal yang sering mereka manfaatkan sebagai sumber obat-obatan. Adalah dokter Nago, tabib tradisional dan kepala kampung, juga anggota organisasi tani Sashe yang mengelolanya. Beberapa dari petani juga menanam daun kelor, pohon obat yang umum digunakan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh seseorang. Daun kelor digunakan bahan penambah nafsu makan.
Singkatnya, pengalaman Zimsoff di Shashe, menunjukkan bahwa jika petani tak bertanah bisa mendapatkan akses atas tanah, atas lahan, mereka dapat menggunakan agroekologi untuk menanam pangan sehat dengan biaya rendah, selaras dengan alam, bagi keluarganya dan pasar lokal mereka.
“Usaha petani untuk memberi nutrisi pada tanah akan memberi makan pada tumbuhan yang ditanam di atasnya yang pada akhirnya akan memberi makan manusia,” kata Pak Mudzingwa, petani anggota ormas tani Shashe.
Versi lengkap artikel ini tersedia dalam bahasa Inggris dan bisa diunduh di sini.