SPI Adakan Sekolah Lapang dan Magang Pertanian Berkelanjutan Angkatan IV

BOGOR. Serikat Petani Indonesia (SPI), mengadakan sekolah lapang dan magang pertanian berkelanjutan angkatan ke IV di Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Pertanian Berkelanjutan, Desa Cibeureum, Bogor. Peserta sekolah lapang ini berjumlah 12 orang, yang diutus oleh Dewan Pengurus Wilayah SPI di setiap provinsi di Indonesia. Selama dua bulan ke depan para peserta akan berpraktek dan mendalami materi pertanian berkelanjutan atau lebih dikenal dengan pertanian organik, dari para pengajar di Pusdiklat SPI.

Dalam pembukaannya siang tadi (10/11), Syahroni yang mewakili pengurus pusat SPI menyebutkan bahwa sekolah lapang ini bertujuan untuk menghasilkan kader-kader SPI yang tidak hanya mengerti pengetahuan organisasi perjuangan, tetapi mengetahui teknis keterampilan pertanian berkelanjutan secara menyeluruh.

“Bung Karno pernah menyebutkan bahwa dirinya mampu mengubah Indonesia apabila diberikan 10 pemuda. Oleh karena itu 12 pemuda ini diharapkan akan mampu mengubah pertanian Indonesia menjadi lebih berdaulat ke arah yang jauh lebih baik” ungkap Syahroni yang juga Ketua Departemen Pendidikan, Pemuda, Budaya, dan Kesenian Nasional SPI ini.

Kepala Sekolah Lapang Pertanian Berkelanjutan SPI, Titis Priyo Widodo, mengungkapkan bahwa peserta sekolah pertanian berkelanjutan harus dapat mengaplikasikan teori yang diberikan oleh pengajar di Pusdiklat. Peserta juga harus bisa memadukan pengalaman bertani dengan teori-teori yang diberikan.

“Mereka diharapkan tidak menjadi kader yang pasif tanpa mempraktekkan apa yang telah didapatkan, akan tetapi dapat menjadi guru, dan pejuang organisasi, sehingga mampu memberikan kontribusi untuk kepentingan petani di daerah masing-masing,” ungkap Titis.

Sekolah lapang kali ini juga menghadirkan alumni sekolah lapangan angkatan II yang telah berhasil membuat demplot pertanian organik di daerahnya.

“Kami menghadirkan seorang alumni sekolah lapang yang lalu agar dia mampu merefleksikan kembali kepada para peserta kali apa yang telah didapat dan dilakukannya pasca mengikuti pendidikan di Pusdiklat ini, ” ungkap Titis.

Hadran, peserta yang berasal dari SPI Nusa Tenggara Barat menyatakan bahwa dia akan menggunakan kesempatan yang diberikan kepadanya ini dengan sebaik mungkin.

“Kami merupakan kader pilihan dari setiap wilayah  SPI di Indonesia. Hal ini merupakan kebanggaan sekaligus beban karena kami harus mampu mentransfer dan mensosialisasikan setiap hal yang telah kami pelajari disini kepada masyarakat tani di daerah asal kami” ungkap Hadran.

ARTIKEL TERKAIT
Wujudkan Hak Petani Atas Benih: Solusi bagi Krisis Pangan, I...
Mang Bubun: "Penjara Tak Surutkan Perjuangan Untuk Keadilan ...
Seruan La Via Campesina untuk memperingati Hari Perjuangan Petani Internasional Seruan La Via Campesina untuk memperingati Hari Perjuangan P...
SPI Tolak Benih GMO Mentah-Mentah
BERIKAN KOMENTAR ...

INFO TERBARU