BOGOR. Dewan Pengurus Pusat Serikat Petani Indonesia (DPP SPI) mempersiapkan penguatan Koperasi di setiap wilayah dengan menyelenggarakan Pendidikan Kader Koperasi SPI se-Indonesia.
Mulai 15 hingga 17 Desember 2010, Departemen Koperasi DPP SPI menggelar Pendidikan Kader Koperasi yang dilanjutkan dengan Rapat Koordinasi Nasional Departemen Koperasi di Desa Cibeureum, Bogor.
Kegiatan ini diikuti oleh, Ketua-Ketua Biro Koperasi Dewan Pengurus Wilayah (DPW) SPI se-Indonesia dan Ketua-Ketua Divisi Koperasi Dewan Pengurus Cabang (DPC) SPI se-Jawa Barat.
Dalam kegiatan yang dilakukan dengan metode diskusi interaktif tersebut para peserta menerima berbagai materi penting dalam pengelolaan koperasi SPI.
Diantaranya, manajemen dan organisasi koperasi, penyusunan AD/ART koperasi serta materi pemetaan potensi ekonomi dan penyusunan studi kelayakan usaha koperasi.
Kemudian ada juga materi yang lebih khusus, yakni tentang sosialisasi koperasi SPI, program kerja utama Departemen Koperasi DPP SPI dan pendidikan koperasi di lingkup SPI.
Cecep Risnandar, Ketua Departemen Koperasi DPP SPI, mengatakan salah satu jalan untuk memajukan perekonomian anggota adalah dengan membentuk dan memperkuat koperasi-koperasi petani.
Terlebih hal itu sudah tercantum dalam garis-garis beras haluan organisasi (GBHO) yang menargetkan pembentukan koperasi minimal satu koperasi di setiap DPW dan DPC hingga 2012.
Di awal 2010 kebijakan itu mulai diimplementasikan dimana rapat pleno IV, SPI menelurkan konsep Koperasi Serikat Petani Indonesia (KSPI) untuk dilaksanakan di tingkat nasional dan wilayah.
Dan Pendidikan Kader Koperasi SPI itu merupakan salah satu upaya untuk merealisasikan konsep tersebut.
“Dengan diadakannya kegiatan ini para pengurus SPI diharapkan mampu memfasilitasi pembentukan KSPI di satuan kerja wilayahnya masing-masing,” jelas Cecep.
Departemen Koperasi DPP SPI sendiri, lanjutnya, memiliki program untuk menjadi fasilitator pembentukan KSPI.
Cecep menambahkan bahwa SPI sendiri sudah cukup banyak memiliki koperasi petani yang sukses.
“KSPI di Bogor ini sudah mulai menunjukkan perkembangan yang signifikan, kemudian SPI juga memiliki koperasi di Bukit Kijang, Kabupaten Asahan yang sisa memiliki aset lebih dari Rp 1,2 Milyar, ditambah dengan KSPI-KSPI lainnya” tambah Cecep.
Kemudian menjadi penyelenggara pendidikan dasar koperasi dan menyalurkan dana pinjaman untuk menstimulasi tumbuh dan berkembangnya KSPI.
Alfan Manah Fortunatus, peserta pendidikan asal Nusa Tenggara Timur (NTT), menilai kegiatan tersebut akan sangat bermanfaat bagi para anggota SPI di wilayahnya.
Mengingat masih banyaknya petani di daerahnya yang kesulitan melakukan usaha kecil sebagai penunjang ekonomi keluarga akibat terbentur permodalan atau tidak memiliki pengetahuan kewirausahaan.
Padahal, jika hambatan-hambatan itu tidak dialami, dia meyakini para petani di NTT memiliki antusiasme yang tinggi untuk menyelenggarakan usaha ekonomi disamping aktivitasnya bertani.
Dan setelah pendidikan itu Alfan memastikan bahwa SPI NTT akan berkomitmen membentuk koperasi-koperasi SPI sesuai dengan yang ditargetkan pada 2012.