PALEMBANG. Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Serikat Petani Indonesia (SPI) Sumatera Selatan (Sumsel) mengapresiasi kenaikan harga karet di tingkat petani.
Ketua DPW SPI Sumsel Muhammad Arif menyampaikan, di awal tahun 2019, harga karet terpuruk di Rp 6.000 per kilogramnya.
“Pasca kemenangan perjuangan di tahun 2010 yang lalu banyak petani SPI yang menanam pohon karet. Kini pohon karetnya sudah berusia sembilan tahun dan sudah tiga tahun ini hasil sadapan karetnya cukup produktif,” kata Arif.
Arif menyampaikan, kini harga karet di tingkat petani sudah di sekitar Rp 9.000-an per kilogramnya.
“Di Desa Rengas, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir harga sudah merangkak naik. Meskipun bisa dibilang belum ideal, karena harga ideal berada di kisaran Rp 10.000 – Rp 12.000 per kilogram, yaah, idealnya sama lha harganya dengan sekilo beras,” sambungnya.
Arif menambahkan, saat ini petani SPI bisa melakukan panen 80 kg karet tiap minggunya di lahan seluas satu hektar.
Di tempat terpisah, Bupati Kabupaten Banyuasin Askolani menyampaikan, pihaknya telah menyiapkan Unit Pengelolaan dan Pemasaran Bokar (UPPB).
“Jika dijual ke pengepul harganya bisa di kisaran Rp 6.000 – Rp 7.000, namun jika bergabung dengan UPPB bisa capai Rp 9.000-an,” tuturnya.
Askolani menerangkan UPPB memutuskan mata rantai tengkulak yang selalu menyusahkan petani kecil.
“Ini juga senada dengan instruksi Presiden Jokowi agar kesejahteraan petani karet ditingkatkan. Pak Jokowi kan juga sudah instruksikan kepada Kementerian PUPR untuk menyerap karet petani dari sini dengan harga yang tinggi,” tutupnya.