MEDAN. Tindak penggusuran yang berbuntut kekerasan yang dilakukan oleh oknum aparat yang membekingi PT Langkat Nusantara Kepong (LNK) kepada petani anggota Serikat Petani Indonesia (SPI) di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, pada Jumat 18 November 2016 membuahkan solidaritas dimana-mana.
Dari Medan, Sumatera Utara, sekelompok mahasiswa pecinta pangan lokal yang tergabung dalam Sumatra Youth Food Movement (SYFM) menggelar aksi simpatik di depan kantor konsulat jenderal (konjen) Malaysia, Selasa (22/11).
Ricky Santoso selaku koordinator aksi menyampaikan, aksi ini dilakukan sebagai solidaritas atas duka yang melanda petani SPI Mekar Jaya.
“Aksi ini sengaja dilakukan di depan Konjen Malaysia karena kami menuntut agar PT LNK, yang sahamnya 60 persen dimiliki oleh perusahaan oleh Malaysia ini, angkat kaki dari bumi Langkat,” kata Ricky.
“Petani adalah penyedia pangan, penegak kedaulatan, tanpa petani kita bukan siapa-siapa. Tindakan PT LNK adalah bentuk penjajahan gaya baru. Bubarkan PT LNK,” sambungnya.
Sehari selanjutnya, Rabu (23/11), ratusan mahasiswa yang tergabung Aliansi Mahasiswa Selamatkan Petani (ALAM SEPI) melakukan aksi solidaritas untuk petani SPI Mekar Jaya di Bundaran SIB, Jalan Gatot Subroto, Medan.
Ricky Santoso, pimpinan aksi menegaskan, proses penggusuran yang dilakukan oleh PT LNK bersema ribuan personel kepolisian dan militer telah meluluhlantakkan lahan yang jadi sumber penghidupan petani dan rumah-rumah mereka. Yang semakin membuat miris tindakan kekerasan yang dilakukan oleh aparat telah menimbulkan korban luka serius di pihak petani tanpa pandang bulu, tua muda, laki-laki perempuan.
“Akibatnya semua tanaman petani yang siap panen dihancurkan dengan alat berat, rumah dirobohkan, sumur yang jadi sumber air ditutup, listrik diputus, petani trauma dan ketakutan, anak-anak tidak ada yang berani pergi sekolah,” papar Ricky.
Oleh karena itu, Ricky menyampaikan, dalam aksi kali ini ALAM SEPI meminta pemerintah untuk segera melaksanakan reforma agraria sejati, meredistribusikan lahan kepada petani.
“Kami juga menuntut agar PT LNK dibubarkan, serta agar pihak kepolisian dan militer berpihak kepada rakyat dalam setiap konflik-konflik agraria, hentikan kekerasan terhadap petani,” tegasnya.
Dari Serang, Banten, puluhan mahasiswa dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA) yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) melakukan aksi solidaritas terhadap kekerasan dan penggusuran petani dan lahannya yang terjadi di Mekar Jaya-Langkat, dan Sukamulya-Majalengka.
Koordinator aksi, Azhar Ghozali menyampaikan agar pemerintah dan aparat untuk tidak melakukan tindakan represif, kriminalisasi, dan intimidasi kepada petani.
“Indonesia adalah negara agraris, petanilah tulang punggung negara ini. Petani seharusnya dilindungi karena sudah diatur dalam Undang-Undang (UU) No. 41 Tahun 2009 dan UU No. 19 Tahun 2013,” kata Azhar saat melakukan orasi, Rabu (23/11).
Oleh karena itu Azhar menegaskan, pemerintah jangan menunggu-nunggu lagi untuk mengimplementasikan reforma agraria agar konflik agraria serupa, yang selalu menyengsarakan petani, tidak kembali terulang.
Sementara itu, dari Kediri, Jawa Timur, puluhan petani dan mahasiswa melakukan aksi solidaritas bagi perjuangan petani SPI di Mekar Jaya Langkat, dan para petani yang menolak pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat di Sukamulya, Majalengka, Selasa (22/11).
Nurhadi Zaini, Ketua Badan Pelaksana Wilayah (BPW) SPI Jawa Timur menegaskan, petani kecil selalu menjadi korban dalam konflik agraria. Padahal menurutnya petani harus diposisikan sebagai pahlawan karena petanilah yang menyediakan pangan untuk masyarakat, petanilah yang menegakkan kedaulatan pangan.
“Oleh karena itu kami dengan tegas menolak aksi kekerasan yang dilakukan oleh oknum aparat baik itu di Mekar Jaya Langkat, Sukamulya Majalengka, ataupun di tempat-tempat lain yang mengalami konflik agraria,” kata Nurhadi.
Nurhadi menambahkan, konflik-konflik yang meletus ini seharusnya menjadi bukti kepada pemerintahan Jokowi-JK bahwa reforma agraria, redistribusi dan penata-kelolaan kembali lahan-lahan pertanian, menjadi hal yang mutlak dilaksanakan.
“Laksanakan reforma agraria sejati sekarang juga, jangan tunggu-tunggu lagi,” tutupnya.