Deklarasi Bukit Tinggi, Pembaruan Agraria dan Mempertahankan Lahan dan Wilayah di Abad ke-21

13 Juli 2012

Kami berkumpul di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, Indonesia, dari 10 hingga 15 Juli 2012. La Via Campesina, gerakan petani internasional dan Kampanye Global Pembaruan Agraria mengadakan Workshop dan Seminar Internasional “Pembaruan Agraria dan Pertahanan Lahan dan Wilayah di Abad ke-21: Tantangan dan Masa Depan”, di tengah-tengah keadaan darurat di tingkat global karena krisis pangan, iklim, keuangan, kemiskinan dan pengangguran. Kami telah mengevaluasi strategi dan pelajaran dari perjuangan reforma agraria dan bagaimana mempertahankan lahan dan wilayah selama dua dekade belakangan.

Fenomena global perampasan lahan yang meningkat pesat memberikan urgensi pada analisis kami. Seperti yang telah kami sampaikan pada dokumen Dakar Appeal dan Deklarasi Nyeleni melawan Perampasan Lahan, fenomena ini dipromosikan oleh elit lokal dan nasional bersama investor transnasional juga pemerintah, dengan tujuan mengontrol sumber daya paling berharga di planet kita ini.

Sejak awal pembentukan La Via Campesina dan peluncuran Kampanye Global Pembaruan Agraria, kami telah menggapai banyak pencapaian, dan pada saat bersamaan dunia juga melalui perubahan besar. Kami menggarisbawahi maraknya proses transnasional dalam modal finansial dan juga komodifikasi alam yang berjalan secara bersamaan. Hal ini telah mengalirkan arus besar kapital pada industri ekstraktif, pertanian dan pertanian, agrofuel, kehutanan, perkebunan, pariwisata dan pembangunan infrastruktur raksasa.

Lebih jauh lagi, di dalam solusi palsu krisis iklim, aliran modal di abad ke-21 telah menghasilkan “ekonomi hijau” dan “ekonomi biru” yang berarti komodifikasi hutan, udara, laut, dan bahkan siklus kehidupan itu sendiri. Fakta ini berujung pada “perampasan hijau” atau “perampasan biru”. “Investasi” ini tidak lain adalah perampasan wilayah masyarakat adat, petani, nelayan, penggembala dan komunitas lokal lain. Negara dan elit-elit memainkan peran pada proses perampasan ini atas nama keuntungan pribadi, dan mereka juga bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan transnasional.

Namun perubahan tidak hanya berlangsung di dunia sekitar. Kami juga terus berkembang dalam perjuangan kami karena pertukaran budaya, pertukaran proses, pertukaran cara meraih kemenangan, bahkan juga tentang kesalahan yang kami buat. Karena itulah dalam beberapa hari belakangan pertemuan kami membahas refleksi dan pemutakhiran visi serta konsep dalam perjuangan pembaruan agraria dan bagaimana mempertahankan lahan dan wilayah. Kami telah menggarisbawahi beberapa elemen kunci dan visi baru pembaruan agraria dan kedaulatan rakyat atas hak atas tanah dan wilayah mereka. Elemen-elemen kunci ini antara lain:

  • Petani dan keluarga tani memainkan peran sentral dalam membangun kedaulatan pangan.
  • Hidup berdampingan secara harmonis berdasarkan solidaritas yang saling menguntungkan antara rakyat pedesaan, termasuk petani, nelayan dan masyarakat adat.
  • Kebutuhan untuk memperluas aliansi kita untuk mengikutsertakan orang lain yang juga terancam fenomena yang sama, termasuk kaum miskin kota yang kritis karena kemiskinan dan penggusuran oleh spekulasi real estate; rakyat yang hidup di bawah represi militer; konsumen yang menghadapi kenaikan harga pangan dengan kualitas yang semakin memburuk; komunitas yang digusur karena industri ekstraktif; dan buruh yang hidup di pedesaan dan perkotaan.
  • Keperluan untuk memperkuat hak untuk menentukan nasib sendiri dan sementara itu membangun otonomi dalam pemerintahan mandiri atas sumber daya bersama.
  • Pendalaman dan perluasan kepemimpinan perempuan dalam perjuangan atas lahan dan mempertahankan wilayah, dan secara umum dalam gerakan.
  • Menghindari diulanginya kesalahan revolusi hijau dan untuk merawat ibu pertiwi dengan menggunakan corak produksi agroekologi.
  • Memprioritaskan perjuangan kaum muda untuk akses atas lahan di Eropa dan Amerika Utara, juga di negara-negara lain di belahan Selatan, dan selanjutnya merekonstruksi ekonomi pedesaan sehingga kaum muda tidak harus terpaksa pindah untuk mencari pekerjaan
  • Kebutuhan untuk membangun aliansi-aliansi baru dan membangun taktik-taktik baru dalam solidaritas dan proteksi melawan kriminalisasi yang terus meningkat atas mereka yang berjuang mempertahankan tanah dan wilayah mereka.
  • Pengakuan peran fundamental dari gerakan sosial dalam pembaruan agraria terkini yang diinisiasi oleh berbagai negara dengan tingkat kesuksesan yang besar maupun yang kecil.

Dengan dimulainya proses refleksi dan revitalisasi perjuangan ini, kami menegaskan kembali komitmen untuk hak rakyat atas tanah dan wilayah, demi membangun kedaulatan pangan, dan merawat ibu pertiwi. Pembaruan agraria yang baru di abad ke-21 haruslah menjadi pilar fundamental tidak hanya untuk pembangunan kedaulatan pangan, tapi juga dalam transformasi demokratik masyarakat untuk membangun peradaban baru yang akan mengentaskan kemiskinan, mengakhiri kelaparan, dan tak lupa untuk menghormati dan melindungi ibu pertiwi.

Globalkan perjuangan! Globalkan harapan!

La Via Campesina

Kampanye Global Reforma Agraria

Aliansi dari 26 negara di Asia, Afrika, Amerika dan Eropa

ARTIKEL TERKAIT
Demplot Topora, Contoh Sukses Agroekologi di Zimbabwe
Aksi SPI di Mabes POLRI: segera adili polisi pelaku penembak...
800-an Peserta Hadiri Muswil SPI Jawa Tengah
Lebih dari 100 ribu orang protes UNFCCC di Kopenhagen
BERIKAN KOMENTAR ...

INFO TERBARU