Deklarasi Nagari Organik di Situjua Gadang, Sumatera Barat

Pupuk kimia dan pestisida yang puluhan tahun lalu begitu didengung-dengungkan sebagai langkah bagus dunia pertanian, kini justru terbukti membuat areal pertanian rusak. Hal tersebut dikatakan Anggota Majelis Nasional Petani (MNP) Serikat Petani Indonesia (SPI), Sago Indra ketika mendeklarasikan Nagari Organik di Situjua Gadang, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat (20/4).

”Bukan cuma itu, pupuk kimia dan pestisida telah ikut membuat alam tidak laras. Lihatlah, sawah-sawah petani yang dulu subur dan dalam, kini makin gersang dan dangkal. Tidak salah kiranya, jika orang juga menganalisa, perubahan iklim itu juga terjadi akibat pemakaian pupuk kimia dan pestisida yang berlebihan,” ucap Sago Indra.

Sago menilai pupuk kimia makin sulit untuk didapatkan dan tidak terjangkau harganya oleh petani. Contohnya saja urea, meski telah disubdidi, tetap saja masih langka. ”Makanya, tidak ada alternatif terbaik kecuali kembali pada kearifan lokal. Kembali pada tradisi pertanian organik,” sebutnya.

Mengenai rencana Situjua Gadang menuju nagari organik 2010, Sago yakin bukanlah sebuah hal berlebihan. ”Berat memang, tapi ini meski dilakukan. Karena sistem pertanian sekarang, benar-benar telah menjajah petani. Hasil pertanian yang mereka dapatkan dengan tetes keringat, justru dinikmati oleh kalangan korporat atau para penganut kapitalisme,” katanya.

Di Situjuah Gadang, terdapat 5400 penduduk yang terdiri dari 1400 KK. 85 persen di antaranya tergantung dari hasil pertanian. Sebanyak 600 KK atau 1500 jiwa, menjadi penerima Askeskin dan Askeskap. Dalam arti kata, warga Situjuah Godang yang bertani telah menjadi bagian dari fenomena kemiskinan. Posisi daya tawar dan daya jual mereka amatlah lemah. Sedangkan dari akses harga, informasi, dan kepemilikan, mereka juga tidak diuntungkan. Alhasil, jadilah 900 hekter sawah hasil pertanian di daerah itu hanya untuk keperluan konsumtif atau menguntungkan korporat. ”Ada sekitar Rp2,5 miliar uang petani di sini yang terbuang ke luar tiap tahunnya. Makanya, kami berupaya kuat membuat mereka berdaulat, salah satu dengan pertanian organik,” imbuh Sago Indra. [Fajar/Padang Ekspress]

ARTIKEL TERKAIT
Perampasan Tanah Penyebab Turunnya Jumlah Petani Indonesia
Tak Serius Urus Pangan dan Pertanian
Kekeringan: Haruskah Kita Mulai Khawatir Krisis Pangan?
HTN2012-02 Serikat Petani Indonesia Menghidupkan Tanah Mati untuk Kesejahteraan Petani: Belajar ...
BERIKAN KOMENTAR ...

INFO TERBARU