Hari Pangan 2016: Rakyat Berdaulat Pangan, Tolak Perusahaaan Transnasional

kedaulatan pangan

Siaran Pers La Via Campesina (Gerakan Petani Internasional)

ZIMBABWE. Pada 16 Oktober 2016, Hari Pangan Sedunia, La Via Campesina menyerukan kepada seluruh petani kecil sedunia untuk untuk memperingatinya sebagai hari aksi internasional dalam menegakkan kedaulatan pangan dan menolak perusahaan transnasional. La Via Campesina melanjutkan perjuangannya untuk mengakhiri kendali perusahaan atas pangan dan menolak perjanjian perdagangan bebas.

Melalui lobinya yang luas dan rahasia, perusahaan-perusahaan transnasional (TNCs – Transnational Corporations) telah memanfaatkan kerangka kebijakan ekonomi dan perdagangan, untuk melegitimasi keserakahan mereka mengeruk keuntungan dan merusak alam. Semua perjanjian perdagangan bebas (seperti ICS, SDS, TTIP, CETA, NAFTA, TPP, RCEP, dan sejenisnya) bersifat bias mendukung TNC untuk memastikan kontrol penuhnya atas produksi dan distribusi pertanian dunia. Paten dan rezim kekayaan intelektual adalah alat mereka untuk mencapai hal ini. Dalam proses ini, benih milik petani kecil yang jadi dasar pertanian dianggap ilegal. Keanekaragaman hayati terkikis dan digantikan oleh tanaman seragam. Perampasan lahan milik petani kecil — khususnya di negara-negara berkembang — dilakukan dengan dalih “memberi makan 9 miliar orang pada tahun 2050” dengan menggunakan teknologi canggih yang merusak alam.

Di sisi lain, ada golongan-golongan penduduk dunia yang berjuang kembali untuk memutarbalikkan capaian-capaian TNCs dengan cara reklaiming dan pendudukan lahan, menangkar benih sendiri, hingga berjuang di tingkat internasional. Di PBB, La Via Campesina dan aliansinya terus berjuang menghasilkan sebuah deklarasi internasional tentang hak-hak petani dan orang-orang lain yang bekerja di daerah pedesaan untuk menjamin pengakuan dan perlindungan bagi kelompok yang sangat yang berkontribusi besar terhadap realisasi hak untuk kedaulatan pangan di seluruh dunia. Sebuah perjanjian yang mengikat untuk mendesak kekuatan TNCs dan menahan mereka karena bertanggung jawab atas kejahatan yang dilakukannya adalah langkah berikutnya yang diperlukan. Dari 12 sampai 16 Oktober 2016, Pengadilan Internasional Monsanto di Den Haag, Bekanda, akan diadakan bersama Majelis Rakyat untuk mendengar dan mengevaluasi kasus-kasus yang dilakukan Monsanto dan TNCs lain, menentukan tanggung jawab pidananya.

Sejak tahun 2015, kita telah menyaksikan hal yang sebelumnya tidak terbayangkan; konsolidasi, merger, dan akuisisi beberapa perusahaan pangan dan pertanian transnasional seperti Monsanto-Bayer, Dow-DuPont, ChemChina-Syngenta, hingga Agrium Inc-Potash Corp. Dengan konsolidasi ini, berarti hanya empat perusahaan yang mengontrol lebih dari dua-pertiga  pasokan input pertanian dunia. Ini berarti mereka memiliki kemampuan untuk “menyandera” pertanian dan menebusnya dengan keuntungan yang mendulang. Akibatnya, kelaparan dan kemiskinan akan memburuk ketika perusahaan-perusahaan ini mendapatkan keuntungan besar melalui kerahasiaan, menyempitnya keanekaragaman pangan, serta impunitas (keadaan dimana pelaku pelanggaran hukum — biasanya HAM — lolos dari investigasi maupun proses pengadilan, tidak bisa diproses secara hukum) semakin memperketat kontrol mereka atas kebijakan pertanian negara yang berdaulat.

Oleh karena itu, pada 16 Oktober 2016, Hari Pangan Sedunia, La Via Campesina mendorong semua pihak untuk melakukan transformasi radikal terhadap sistem pangan yang adil dan layak bagi semua, berdasarkan prinsip-prinsip kedaulatan pangan, yang mengakui kebutuhan rakyat, bermartabat dan menghormati alam, serta menempatkan kepentingan masyarakat banyak di atas keuntungan segelintir kelompok.

Kedaulatan pangan sekarang juga! Untuk tanah dan kedaulatan pangan rakyat, bersolidaritas dan berjuang!

Kontak selanjutnya :

Andres Arce Indacochea: +3248955297

ARTIKEL TERKAIT
Dilantik Hari ini, Rakyat Tani se-Indonesia Berharap pada Jo...
HUT SPI: Puncak perayaan HUT SPI ke-10 di Maumere HUT SPI: Puncak perayaan HUT SPI ke-10 di Maumere
Polisi mengusir petani penggarap di Desa Ponowareng, Kabupaten Batang Polisi mengusir petani penggarap di Desa Ponowareng, Kabupat...
SPI Pasaman Barat Gelar Rapat Dengar Pendapat dengan Bupati
BERIKAN KOMENTAR ...

INFO TERBARU