JAKARTA. Setiap tahunnya, pada Bulan April terdapat momentum yang sangat penting bagi Petani di dunia dan di Indonesia, yakni Peringatan Hari Perjuangan Petani Internasional pada 17 April. Tanggal 17 April diperingati sebagai Hari Perjuangan Petani Internasional, pada saat itu terjadi pembantaian terhadap 19 orang petani di Eldorado dos Carajas, Brasil, dalam aksi petani tak bertanah menuntut haknya atas tanah di negara tersebut. Peristiwa itu dikenang sebagai Pembantaian “Eldorado Dos Carajas” dan menjadi momentum untuk menggelorakan perjuangan petani di berbagai belahan dunia yang bernaung di bawah organisasi gerakan petani dunia – La Via Campesina.
Menanggapi hal ini, Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih menyampaikan peringatan Hari Perjuangan Petani Internasional tahun ini diiringi dengan kabar suka dan duka. Kabar suka datang dari draft Deklarasi Internasional Hak Asasi Petani dan Orang-Orang yang Bekerja di Pedesaan yang tinggal dalam tahap akhir menuju pengesahan Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Saya menghadiri sidang ke-5 kelompok kerja Dewan HAM PBB yang menyusun deklarasi ini beberapa hari lalu di Jenewa, Swiss. Kita optimis pada September nanti deklarasi ini akan disahkan di sidang tahunan PBB di kantor pusatnya di New York, Amerika Serikat,” kata Henry di Medan siang ini (17/04).
“Nantinya, deklarasi ini bisa menjadi alat untuk memperkuat penegakan hak asasi petani di tiap negara terkhusus Indonesia,” lanjutnya.
Henry meneruskan, sementara kabar dukanya adalah masih banyak petani kecil di Indonesia yang hak asasi dilanggar, dikriminalisasi.
“Kasus terakhir yang paling baru adalah kriminalisasi Ketua SPI Kabupaten Merangin, Jambi Ahmad Azhari. Sebelumnya para petani SPI di Sukabumi juga dikriminalisasi hingga mendekam di penjara. Belum lagi konflik agraria antara petani SPI di Desa MekarJaya Kabupaten Langkat Sumatera Utara kontra PT LNK yang membuat para petani di sana kehilangan rumah, lahan, dan sumber penghidupannya,” tegasnya.
“Di Batang Lambau, Kinali, Pasaman Barat, Sumatera Barat, petani SPI juga dikriminalisasi dan berkonflik dengan PTPN VI. Belum lagi ancaman perampasan tanah yang menimpa petani SPI di Desa Sei Litur, Langkat, Sumatera Utara dan Kepahiang Bengkulu,” sambungnya.
Henry menegaskan, untuk memperingati hari ini, para petani SPI di berbagai daerah nusantara melakukan berbagai kegiatan mulai dari aksi, diskusi, konferensi pers, dan lainnya.
“Di Pasaman Barat, Sumatera Barat, contohnya, siang ini (17/04) ratusan petani SPI melakukan aksi damai ke kantor bupatinya untuk menuntut percepatan penyelesaian konflik lahan,” imbuhnya.
Oleh karena itu, Henry menambahkan, dalam peringatan Hari Perjuangan Petani Internasional kali ini SPI mendesak pemerintah untuk serius dalam penyelesaian konflik agraria yang menimpa petani di berbagai daerah.
“Petani kecil adalah penegak kedaulatan pangan, dan ini sudah diakui bahkan oleh organisasi pangan dunia (FAO) sendiri, bukan korporasi pangan. Jadi bagaimana petani mau bertani, kedaulatan pangan mau ditegakkan, jika tanah petani yang jadi modal dasarnya dirampas, hak asasinya dilanggar,” tegasnya.
“SPI Juga mendesak pemerintah untuk segera melaksanakan reforma agraria sejati, distribusi lahan 9 juta hektar ke petani tak bertanah, yang sudah dijanjikan, bahkan tercantum dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2014-2019. Reforma agraria bukan bagi-bagi sertifikasi tanah,” tutupnya.
Kontak Selanjutnya:
Henry Saragih – Ketua Umum SPI – 0811 655 668