WTO, TNCs dan Pemerintah Neoliberal = Pelanggaran Hak Asasi Petani

WTO, TNCs dan Pemerintah Neoliberal = Pelanggaran Hak Asasi PetaniOrganisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang berdiri sejak tahun 1995 dituding terlalu besar mengakomodasi kepentingan perusahaan transnasional (TNCs), terutama dalam perundingan pertanian. Dengan sinergi TNCs, WTO dan pemerintahan neoliberal, sejak media 1990-an ini mereka menciptakan ekonomi yang benar-benar menghancurkan peri kehidupan rakyat.  Medio 2007 hingga saat ini, mereka “memasak” krisis, mulai dari pangan, iklim, energi, hingga finansial.

Hal tersebut dikemukakan dalam rangkaian aksi rakyat melawan Konferensi Tingkat Menteri (KTM) 7 WTO dengan bentuk “Tour Penjahat Korporasi ”, yang mengunjungi tiga perusahaan: Bunge, Cargill, dan Migros.

Bunge adalah promotor agrofuel terbesar di dunia. Kedelai, terutama transgenik, ditanam secara monokultur di Amerika Latin. “Secara khusus di Paraguay, hal ini menyebabkan 90.000 keluarga tani dan masyarakat adat tergusur dari tanahnya,” ujar Jorge dari Organisasi Petani Kecil Paraguay.

Sementara Cargill adalah penguasa perdagangan komoditi biji-bijian di dunia.  Saat dunia mengalami krisis pangan pada tahun 2007 hingga sekarang, Cargill adalah salah satu dari lima perusahaan di dunia yang mendapatkan keuntungan besar dari  spekulasi dan ekspor-impor biji-bijian.

“Apa yang dilakukan Cargill adalah salah satu tindakan yang benar-benar mengerikan. Saat krisis kedelai di Indonesia tahun 2008, Cargill malah menyimpan 17.000 ton kedelai di gudangnya,” ujar Cecep Risnandar Ketua Departemen Komunikasi Serikat Petani Indonesia (SPI).

Hal ini menyebabkan volume pangan yang ada di dunia, yang sebenarnya cukup, tidak terjangkau oleh rakyat jelata. Pangan hanya jadi barang dagangan, terutama di pasar modal dan derivatif bukan untuk memenuhi kebutuhan manusia, terutama kelompok-kelompok yang paling rentan. Jelas, ini adalah pelanggaran terhadap hak asasi petani.

Tempat terakhir adalah Migros, supermarket dan rantai eceran terbesar di Swiss. Seperti biasa, supermarket semacam ini terus menekan harga semurah mungkin. “Mereka membeli produk sayur-sayuran, susu dan daging dari petani Swiss dengan harga semurah mungkin. Kontrak yang ada bahkan di bawah ongkos produksi jadi hanya petani besar yang menerima subsidi yang dapat bertahan di dalam sistem yang gila ini,” cetus Rudi Berli dari Uniterre.

Sekitar 200 orang dari seluruh dunia ikut serta pada aksi tour ini. Selain kampanye kepada media, aksi ini juga berguna bagi pendidikan publik rakyat Jenewa. Mereka memperhatikan pesan yang disebarkan selama aksi, sehingga aksi sangat atraktif dan damai.

Sementara di dalam KTM 7 WTO, tidak akan terjadi konklusi Putaran Doha. Sejumlah 153 menteri anggota WTO hanya akan bertemu untuk mengambil komitmen dan stocktaking, dan menyelesaikan hal-hal di luar Putaran Doha. Namun yang jelas, di meja perundingan mereka akan tetap memperjualbelikan pangan dan pertanian.

ARTIKEL TERKAIT
SPI Sumut hadiri lokakarya mewujudkan Gema Pangan
NTP Perkebunan Terus Turun, Perlu Ada Moratorium Pengembanga...
Rakyat Desa Tidak Sebahagia Rakyat Kota
Budaya "Ngerowot" untuk Kedaulatan Pangan
BERIKAN KOMENTAR ...

INFO TERBARU