YOGYAKARTA. Sekolah lapangan pertanian berkelanjutan yang diselenggarakan SPI di Pusdiklat Pertanian Berkelanjutan, Bogor, sudah efektif. Pengalaman dan teori bisa diserap peserta dengan cukup baik. Hal tersebut dikemukakan Ketua Departemen Pendidikan SPI, Syahroni, dalam kunjungannya ke demplot pertanian berkelanjutan di Desa Trirenggo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta (14/11).
“Ini bukti kalau kader pertanian berkelanjutan SPI sudah bisa mengaplikasikan teori dan praktek pertanian berkelanjutan. Para peserta sekolah lapang yang telah menjadi kader pertanian berkelanjutan kita dorong untuk membuat demplot di wilayahnya masing-masing. Salah satunya adalah yang dilakukan Abu Sabikhis di Bantul ini,” tegas Syahroni.
Abu Sabikhis mendirikan demplot seluas 2000 meter yang ditanami dengan cabe rawit, terong, selada, pare ayam, jagung, ketela rambat, serta kacang tanah. Penggarapan Demplot dikerjakan secara bersama-sama dengan anggota basis SPI dan dikoordinasikan oleh Abu Sabikhis, yang merupakan lulusan sekolah lapang angkatan I. Pembudidayaan tanaman dilakukan dengan sistem tumpang sari dengan maksud dapat mengendalikan hama tanaman secara alami tanpa menggunakan pestisida.
Syahroni, mengatakan setidaknya ada tiga manfaat utama yang akan diperoleh ketika petani menerapkan sistem pertanian organik, antara lain. Pertama, Harga produk organik 20-30% lebih tinggi daripada harga produk pertanian biasa. Harga yang cukup tinggi ini dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Kedua, pertanian organik dapat mengurangi biaya produksi karena tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida buatan pabrik, karena petani memanfaatkan sisa tanaman atau kotoran ternak di sekitarnya sebagai sumber hara tanah utama. Selain itu, petani organik telah menerapkan sistem perlindungan tanaman yang total dan terintegrasi utamanya dengan memberdayakan organisme musuh hayati.
Ketiga, pertanian organik dapat menerapkan Ilmu bertani dari moyang yang saat ini nyaris tak bisa diterapkan petani bila mereka masih menerapkan sistem pertanian konvensional dengan asupan bahan kimia yang berlebih yang mengakibatkan kerusakan lingkungan dan hasil dari produksi pertanian dapat mengganggu kesehatan.
“Akhir tahun ini DPW jogja sedang mempersiapkan demplot untuk tanaman padi dengan sistem System of Rice Intensification (SRI) di desa panjang rejo,” ungkap Abu Sabikhis.
Salam hormat,
Mohon informasi , apakah SPI masih terus beraktivitas dan apakah di Bali ada cabang dan ada kader yang bisa saya hubungi ?
Terimakasih
SPI masih aktif dan tersebar dari di seluruh Indonesia. Untuk Bali, SPI belum memiliki perwakilan resmi, namun sudah ada kontak dan kadernya. Terimakasih