La Via Campesina, organisasi petani internasional, pada tanggal 21 Oktober 2008 kemarin meluncurkan sebuah kampanye global tentang hak asasi petani.
Kampanye tersebut ditujukan untuk mencapai sebuah konvensi internasional di dalam sistem Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Selama tujuh tahun belakangan, La Via Campesina telah bekerja keras untuk institusionalisasi hak asasi petani di tingkat internasional. Inisiatif ini diperkuat lagi dengan adanya Konferensi Internasional Hak Asasi Petani di Jakarta, pada bulan Juni 2008 lalu.
Di depan sekitar 700 orang delegasi dan aliansi La Via Campesina dari seluruh dunia, kampanye tersebut diumumkan oleh Anne Rode, delegasi dari Organisasi Petani Norwegia (NBS) dan Yudhvir Singh, delegasi dari Organisasi Petani Kecil di India (BKU). Bersama mereka juga hadir representasi dari organisasi petani anggota komite kerja HAM di La Via Campesina, yang menggambarkan kolektivitas kerja menuju Konvensi Internasional Hak Asasi Petani.
Kampanye ini akan mengambil tiga level mulai dari tingkat nasional, regional hingga internasional. Strateginya adalah dengan menyebarkan informasi mengenai inisiatif petani mulai dari tingkat basis, kerja-kerja pembangunan aliansi, penguatan kredibilitas isu hak asasi petani sehingga bisa bergema dan mendapatkan aksi afirmatif dari berbagai pihak, dan tekanan serta lobby bagi pemerintah nasional untuk mendukung inisiatif rakyat ini.
Serikat Petani Indonesia (SPI), sebagai organisasi yang bertanggung jawab atas isu hak asasi petani di regional Asia Tenggara dan Asia Timur, sangat berbahagia dengan diluncurkannya kampanye ini. Inisiatif hak asasi petani ini dimulai pertama kali oleh SPI, sehingga kerja keras kampanye ini akan mewakili inisiatif-inisiatif nyata yang telah dilakukan SPI di tingkat nasional.
Kampanye global ini juga ditujukan untuk memonitoring pelanggaran hak asasi petani di seluruh dunia. Seperti perjuangan petani pada umumnya, banyak pemimpin petani dikriminalisasi—dipenjarakan, disiksa, bahkan dibunuh—untuk mempertahankan tanah dan kehidupannya. Proses liberalisasi juga membunuh petani pelan-pelan, dengan proses perampasan sumber-sumber agraria yang produktif. Liberalisasi juga menghancurkan pasar domestik sehingga membuat hasil produksi petani murah, dihajar produk impor murah, dan mengakibatkan pendapatan petani terus terkikis.
Dalam jangka pendek, kampanye global ini akan ditandai dengan aksi global pada peringatan 60 tahun Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) PBB pada tanggal 10 Desember 2008.