JAMBI. Pada 24-26 Februari 2021, Gerakan Mahasiswa Petani Indonesia (Gema Petani) menyelenggarakan Kongres I di Jambi secara offline dan online. Kongres I Gema Petani ini mengangkat tema “Gerakan Mahasiswa Petani Indonesia Berjuang Meneguhkan Reforma Agraria, Agroekologi, dan Koperasi Untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan”. Acara ini sendiri dihadiri delegasi mahasiswa dari 13 Provinsi yang mencakup Indonesia bagian timur, tengah, dan barat.
Marlan Ifantri Lase Ketua Panitia Persiapan Pembentukan Gema Petani menyampaikan, setelah lima tahun dibentuk melalui Surat Keterangan (SK) Pleno Dewan Pengurus Pusat (DPP) Serikat Petani Indonesia (SPI), Gema Petani telah ada di 13 Provinsi. Sebelumnya Gema Petani secara nasional telah dideklarasikan pada 20 September 2020.
“Kongres I Gema Petani merupakan sebuah kerja keras kader-kader Gema Petani yang didukung penuh oleh DPP SPI dan Dewan Pengurus Wilayah (DPW) SPI Jambi. Kongres I ini sengaja dilaksanakan dirumah petani langsung untuk meneguhkan kader-kader Gema Petani merupakan anak-anak petani,” kata Marlan di Jambi hari ini (27/02).
Henry Saragih Ketua Umum SPI, saat membuka Kongres I Gema Petani menyampaikan mahasiswa adalah kekuatan yang bisa mendorong perubahan.
“Kita harus mengakui organisasi gerakan yang kuat seperti SPI merupakan hasil pertemuan gerakan petani dengan gerakan mahasiswa di perdesaan. Oleh karena itu SPI, melalui Rapat Pleno DPP tanggal 25 Agustus 2016 mengeluarkan keputusan pembentukan organisasi Gema Petani,” tegas Henry.
Henry melanjutkan, sebagai Indonesia, negara adalah negara yang punya kemampuan untuk berdaulat atas pangan, tetapi selama berpuluh-puluh tahun petani hidup dalam kemiskinan, petani dirampas haknya, dikriminalisasi, bahkan saat ini sedikit anak muda yang tidak ingin menjadi petani.
“Ini adalah tantangan kita bersama, tanggungjawab besar yang diemban setiap kader-kader Gema Petani,” lanjutnya.
Sarwadi Sukiman, Ketua DPW SPI Jambi menambahkan, Gema Petani adalah kekuatan baru yang bisa mempercepat terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik.
“Oleh karenanya selamat berkongres I, semoga menghasilkan program-program yang terbaik. Mari bersama petani, ormas tani, mewujudkan reforma agraria sejati untuk kedaulatan pangan dan keadilan sosial,” katanya.
Desak Pemerintah Selesaikan Konflik Agraria
Peserta Kongres I Gema Petani akhirnya memilih lima orang presidium nasional yakni Annas Sadikin dari Jawa Barat sekaligus Koordinator Presidium Nasional, Yoggy Efendi Sikumbang dari Jambi, Riki Pratama Putra dari Bengkulu, Iqbal Hambali dari Kalimantan Selatan, dan Fidelis Roi dari Nusa Tenggara Timur.
Annas Sodikin sebagai Koordinator Presidium Nasional menyampaikan generasi muda, khususnya mahasiswa/i memiliki peran dan fungsi yang sangat sentral dalam pembangunan agraria, pangan dan pertanian, serta mahasiswa dituntut kritis terhadap perjuangan agraria, agroekologi dan koperasi untuk mewujudkan cita-cita kedaulatan pangan.
“Terbentuknya Gema Petani selain dituntut kritis terhadap kebijakan pemerintah juga harus mampu melebur bersama petani dan masyarakat pedesaan untuk berjuang meneguhkan reforma agraria, agroekologi dan koperasi untuk mewujudkan kedaulatan pangan, hal ini untuk mendukung regenerasi petani,” ujarnya.
Anas melanjutkan, Gema Petani melalui Kongres I berpandangan, perlu adanya revitalisasi gerakan mahasiswa untuk menjawab tantangan perubahan sosial budaya, ekonomi dan politik di pertanian dan pedesaan agar meneguhkan perjuangan gema petani harus menjadi solusi bagi mahasiswa tentang kekhawatiran di masa depan.
“Gema Petani membawa perubahan positif menjadi insan yang berdaulat dan sejatera untuk masa depan yang lebih baik,” lanjutnya.
Dalam Kongres I Gema Petani ini, panitia Kongres juga mengagendakan dua kegiatan lainnya yakni seminar nasional dengan mengangkat tema “Revitalisasi Gerakan Mahasiswa Untuk Menjawab Tantangan Perubahan Sosial Politik di Pertanian dan Perdesaan”. Kegiatan kedua adalah melaksanakan kunjungan langsung ke lahan perjuangan SPI Cabang Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), Jambi.
Dalam kunjungan ini, Gema Petani mendesak pemerintahan Kabupaten Tanjung Jabung Timur untuk segera menyelesaikan konflik agraria yang menimpa petani SPI di daerah tersebut.
“Kami mengutuk pengrusakan rumah dan tanaman petani yang dilakukan oleh oknum perusahaan kepada para petani anggota SPI Tanjabtim. Oleh karena itu kami mendesak pemerintah untuk melakukan percepatan pelaksanaan reforma agraria sejati di Tanjabtim dan Indonesia secara keseluruhan,” kata Anas.
Sementara itu, pada saat pembukaan Kongres I turut hadir aliansi dari daerah, nasional dan internasional. Mereka memberikan sambutan langsung dan mendukung Kongres I Gema Petani di antaranya La Via Campesina (Gerakan Petani Internasional), Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Wahana Lingkungan Hidup (WALHI), Aliansi Petani Indonesia (API), organisasi mahasiswa seperti GMNI, KAMMI, FMN, POPMASEPI, organisasi buruh, dan lainnya.