BENGKULU. Serikat Petani Indonesia (SPI) merayakan Hari Pangan Sedunia di Bengkulu dengan gerakan makan pangan lokal. Selain bertani kopi, para petani SPI Bengkulu juga menanam jagung dan umbi-umbian sebagai solusi mengurangi konsumsi beras. Di Bengkulu, setiap 1 Muharram masih ada kebudayaan mengonsumsi umbi-umbian dan jagung selama satu bulan.
Peringatan Hari Pangan Sedunia di Bengkulu dilaksanakan pada Kamis (22/10). Ketua Umum SPI Henry Saragih, bersama Hendarman (Ketua BPW SPI Bengkulu), Sasmitra (Ketua BPC SPI Kabupaten Kepahiang), serta puluhan jajaran pengurus dan anggota. Hadir juga pada peringatan ini anggota Koperasi SPI yang mengolah kopi dan sembako.
“Mengonsumsi barang atau pangan lokal adalah salah satu bentuk sunah Rasul Allah Muhammad SAW,” ujar Henry Saragih, Ketua Umum SPI. “Ini bisa kita sarikan dari hadits yang menyatakan bahwa kita harus makan dengan tangan kanan dan juga yang terdekat–menurut HR. Ahmad,” kata dia lagi.
“Itu sebabnya petani di Bengkulu tak melulu terkait beras,” terang Hendarman. Sasmitra menambahkan, “Di sini, selain beras, kami menanam kopi, sayur, obat-obatan serta kayu dalam satu hamparan.”
Dalam perayaan Hari Pangan Sedunia tersebut, jajaran SPI mengadakan pendalaman tentang koperasi dan budaya pangan lokal di Bengkulu. Peserta juga mengunjungi kebun kopi, koperasi dan memanen sayuran bersama.
“Daerah Bengkulu ini salah satu yang kurang menderita kekeringan. Masih banyak daerah yang teraliri air, terutama karena hutan masih terjaga,” kata Henry Saragih.
“Di Bengkulu, kami selalu merawat hutan. Tanaman kopi selalu dirindangi dengan bayangan pohon-pohon yang lebih tinggi,” ujar Hendarman.
“Sementara itu, umbi-umbian, sayur selalu siap kami pasok. Sekarang ini sedang musim labu jipang–harganya pun sedang bagus,” sambung Sasmitra.
Menurut laporan DPW SPI Bengkulu, koperasi terus berjalan dan sedang mengatur manajemen untuk stok kopi dan pemasaran langsung. Sementara itu, kebutuhan sembako dan dapur anggota juga menjadi salah satu aktivitas. “Koperasi kopi dan sembako menjadi solusi praktis untuk pemberdayaan ekonomi petani Bengkulu,” ujar Hendarman lagi.
“Tak lupa, kami pun sudah bisa mengolah pascapanen kopi. Dalam bagian tertentu, kopi tersebut juga tak hanya kami pasarkan–tapi kami konsumsi sendiri,” kata Sasmitra. “Petani juga butuh minum kopi yang mutunya bagus,” ujar mereka yang sudah memiliki beberapa alat pengolah dan minum kopi.
“Tak lupa, selain konsumsi pangan lokal untuk kedaulatan pangan, menggerakkan ekonomi pedesaan, ini juga sesuai dengan sunah rasul–Nabi Muhammad SAW,” tutup Henry Saragih.