KOPENHAGEN. Ratusan petani kecil dari seluruh dunia akan berkumpul di Kopenhagen pada Desember ini untuk mempertahankan usulan mereka dalam mengatasi krisis iklim global. Pertanian berkelanjutan dan produksi pangan lokal yang selama ini dilakukan oleh petani kecil yang sebenarnya merupakan solusi untuk mendinginkan bumi.
Para petani kecil sebenarnya berperan dalam meminimalkan penggunanan karbon pada lahan pertaniannya. Mereka ini hampir tidak menggunakan bahan bakar berbasis fosil ataupun kimia dalam kegiatan bertaninya. Dengan mengkonsumsi makanan lokal, maka akan lebih sedikit energi dan sumber daya yang digunakan untuk mendistribusikan pangan di planet ini.
Pengalihan dari industri pertanian monokultur yang memberi dampak besar bagi emisi rumah kaca ke pertanian berkelanjutan berskala kecil dan pengembangan pasar lokal akan benar-benar memungkinkan pengurangan besar-besaran dari semua efek negatif gas rumah kaca.
Setiap diskusi tentang perdagangan karbon, bioteknologi, teknologi perbaikan, dan mekanisme perdagangan yang saat ini dibahas dalam United Nations Framework Climate Change Conference (UNFCCC) benar-benar tidak relevan untuk didiskusikan, begitu pula konsep mengenai pengurangan konsumsi.
Oleh karena itu, La Via Campesina meyakini bahwa langkah-langkah inilah yang harus dilakukan di Kopenhagen. “Kami percaya bahwa aspirasi dan seruan setiap orang di dunia ini haruslah diperdengarkan, semakin globalnya gerakan demokratis untuk keadilan dari banyak gerakan sosial yang mempersiapkan diri untuk pertemuan Kopenhagen nanti menunjukkan betapa pentingnya masalah ini,” tegas Cecep Risnandar selaku Ketua Departemen Komunikasi Serikat Petani Indonesia yang juga tergabung dalam La Via Campesina (Organisasi Petani Internasional).
Sejarah menunjukkan bahwa gerakan sosial memiliki banyak bentuk untuk menyuarakan aspirasi dan protes, bisa berupa lagu, bisikan, teriakan, dengan bernyanyi, bermain, berbicara, atau berdebat. Di La Via Campesina, ketidaktundukan masyarakat sipil terhadap peraturan-peraturan baku yang sering memarjinalkan masyarakat kecil selalu menjadi bagian dari strategi yang dilakukan untuk mendukung kedaulatan pangan, selain melalui diskusi, kerja politik, serta promosi alternatif.
Ketika ratusan petani menduduki lahan yang dirampas oleh perusahaan transnasional, ketika ribuan dari mereka berkumpul di depan WTO dan meminta untuk mengakhiri liberalisasi pasar pertanian, sebenarnya kita mempertahankan hak kita untuk terus hidup. Begitu juga hak kita untuk memberi makan dunia dan untuk memberi makan diri kita sendiri. Hak kita untuk dihormati dan untuk keluar dari kemiskinan.
La Via Campesina mendukung dan mengambil bagian terdepan dalam tindakan-tindakan non-kekerasan yang berupa ketidaktundukan masyarakat sipil terhadap kebijakan-kebijakan para pemegang kekuasaan dan pemilik modal, apabila hal ini dibenarkan secara politis dalam rangka mengembangkan masyarakat yang lebih adil dan bermartabat.
La Via Campesina jelas menolak kekerasan sebagai sarana pencapaian tujuan, La Via Campesina juga menolak kekerasan dari kebijakan yang dibahas secara tertutup. Kebijakan-kebijakan yang memungkinkan perusahaan mendapatkan kredit karbon untuk mengembangkan perkebunan monokultur adalah kebijakan yang berujung pada kekerasan. Di desa-desa terpencil, kebijakan ini dapat mengarah pada penggusuran tanah, penindasan, perlawanan oleh petani, dan kehancuran lingkungan.
La Via Campesina sangat mengutuk hukum represif yang berlaku di Denmark yang memberangus perbedaan pendapat. Oleh karena itu, seiring dengan terus bergulirnya UNFCCC, La Via Campesina terus mengajak dan memobilisasi untuk menguatkan kesatuan di antara semua gerakan sosial yang besardan beragam ini. La Via Campesina percaya bahwa demokrasi kepercayaan hanya dapat diperkuat dengan memperkenankan orang-orang dari seluruh dunia mempertahankan dan melaksanakan keadilan iklim, keadilan pangan dan keadilan sosial.