Laporan publik Gerak Lawan pasca KTT Bali: Petani menyelamatkan bumi

avlapgeraklawan.jpgGerak Lawan kelompok yang terdiri dari berbagai organisasi rakyat merilis laporan publik pasca KTT PBB tentang perubahan iklim di Bali. Laporan publik tersebut mengambil tema “Petani menyelamatkan bumi” dan dibahas oleh Direktur Walhi Chalid Muhammad, ekonomi Ihsanuddin Noorsy dan Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih, yang baru-baru ini mendapat penghargaan 50 orang penyelamat bumi oleh harian Guardian.

Chalid Muhammad menyatakan bahwa publik dan aktivis harus terus menekan pemerintah agar lebih efektif mengatasi masalah pemanasan global. Karena yang paling terkena dampak dari pemanasan global adalah rakyat miskin.

Terhadap hasil KTT, Chalid menilainya skeptis. Salah satu hasil konferensi tersebut yakni mekanisme REDD tidak akan menyelesaikan masalah pemanasan global. Dimana REDD menyerahkan pengurangan emisi dengan cara mekanisme pasar. Hal itu diadopsi juga oleh pemerintah Indonesia. “Seharusnya pemerintah berani memperjuangkan hak-hak negara dunia ketiga dan menuntut negara-negara anex 1 untuk mengurangi emisi secara fundamental, bukannya terjebak pada perdagangan karbon” jelas Chalid. Menyoal, langkah pemerintah yang akan membentuk komisi perubahan iklim, Chalid menganggap hal tersebut adalah tindakan sia-sia belaka.

Pendapat Chalid diamini oleh Ichsanuddin Noorsy. Pembentukan Komisi Perubahan Iklim tidak efektif dan hanya membebani anggaran negara saja. “Sama halnya dengan 52 komisi negara lainnya, tidak ada yang bisa bekerja secara efektif,” tutur Ichsanuddin. Bahkan ia menyatakan selama ini peran dan kedudukan komisi-komisi negara itu tidak jelas. “Coba tunjukkan kepada saya dimana letak komisi-komisi negara itu dalam tata aturan pemerintahan di Indonesia,” tanya Ichsanoddin.

lapgeraklawan.jpg

Sementara itu, Ketua Umum SPI Henry Saragih menyatakan bahwa solusi pemanasan global tidak bisa diserahkan kepada mekanisme pasar. Apabila hal itu terjadi, lingkungan akan mengalami kerusakan yang lebih parah lagi dan rakyat miskin yang akan menanggung akibat paling berat.

“Hal serupa pernah terjadi ketikapada tahun 1996 FAO merancang pengentasan kelaparan. Dalam konsep ketahanan pangan, mekanisme pengentasan kelaparan diserahkan kepada mekanisme pasar. “Hasilnya, sekarang angka kelaparan malah semakin bertambah,” tukas Henry.

Oleh karena itu, untuk melawan pemanasan global hendaknya jangan diserahkan kepada mekanisme pasar juga. Apabila pengurangan emisi dilakukan dengan mekanisme perdagangan karbon hasilnya akan semakin mengkhawatirkan. Terakhir, Henry menegaskan, untuk mengurangi pemanasan global harus ada perubahan moda produksi, dari yang eksploitatif menjadi industri yang berorientasi kepada kepentingan rakyat.

ARTIKEL TERKAIT
Luncurkan Benih Padi Unggul SPI 20, SPI Siap Tegakkan Daula...
Pernyataan Sikap Menolak RUU Perkelapasawitan
Gejolak Harga Pangan Pengaruhi Nilai Tukar Petani (NTP): Pe...
SPI Sumatera Barat lakukan aksi tolak food estate
BERIKAN KOMENTAR ...

INFO TERBARU