MEDAN. Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Serikat Petani Indonesia (SPI) Sumatera Utara (Sumut) menyelenggarakan Musyawarah Wilayah (Muswil) I di gedung BAPELKES, Medan, 10-12 Desember 2012. Henry Saragih, Ketua Umum SPI, yang hadir dan membuka muswil ini menyampaikan, Sumut adalah salah satu tempat yang memiliki nilai historis bagi perjuangan SPI. Hal ini karena SPI yang pada awalnya bernama Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI) dideklarasikan tanggal 8 juli 1998 di Kampung Dolok Maraja, Desa Lobu Ropa, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara oleh sejumlah pejuang petani Indonesia.
“Organisasi tercinta kita ini lahir di kampung kecil di Sumatera Utara, dan alhamdulillah berkat kegigihan kita semua saat ini SPI telah dikenal sebagai organisasi massa petani yang komitmen memperjuangkan nasib petani kecil dan tak bertanah,” ungkapnya.
Henry juga menyampaikan, perjuangan yang dimulai dari kampung-kampung ini sekarang telah mendunia. Hal ini ditandai dengan deklarasi Hak Asasi Petani yang diajukan SPI bersama gerakan masyarakat sipil lainnya dan telah diterima sebagai resolusi Dewan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Walaupun sudah diakui oleh Dewan HAM PBB, perjuangan kita ini masih panjang, oleh karena mari kitaperbanyak pendidikan dan kaderisasi di seluruh tingkatan organisasi. Pendidikan adalah ruh organisasi dan gerakan kita, untuk menghasilkan kader dan pimpinan gerakan yang militan,” tambah Henry yang juga Koordinator Umum La Via Campesina (Gerakan Petani Internasional).
Sementara itu, Ketua Badan Pengurus Wilayah (BPW) SPI Sumut, Wagimin menyampaikan semakin hari, jalan yang harus ditempuh untuk meraih cita-cita perjuangan SPI semakin berat. Namun menurutnya, beratnya tantangan yang dihadapi tidak boleh sedikitpun menyurutkan langkah untuk berdiri di barisan terdepan perjuangan kaum tani.
“Semakin keras tantangan tersebut, harus membuat kader-kader SPI makin militan dan radikal dalam menegakkan cita-cita organisasi. Tempat paling utama bagi para kader SPI adalah di tengah-tengah perjuangan konflik agraria, di tengah-tengah petani dan rakyat yang ditindas dan dinistakan. Disanalah lahan yang paling subur untuk menyemai benih-benih gerakan rakyat,” ungkap Wagimin.
Wagimin juga menambahkan seluruh pimpinan dan kader SPI harus mampu menjadi motor penggerak bagi persatuan gerakan rakyat.
“Bangun komunikasi dengan kaum buruh, nelayan dan rakyat lainnya, pimpin mereka untuk menggerakkan perubahan. Perluas basis massa organisasi. Seluruh kader SPI harus giat dan tanpa pamrih untuk terus bergerak dari desa ke desa, membentuk basis-basis baru, ” tambahnya.
Sementara itu, muswil ini akhirnya menetapkan Zubaidah sebagai Ketua Badan Pelaksana Wilayah (BPW) SPI untuk periode 2012-2017. Dalam muswil ini juga diberikan sebuah plakat tanda jasa kepada alm. Wiwik M. Kristina, seorang pejuang petani perempuan SPI asal Sumatera Utara. Muswil ini sendiri dihadiri oleh seratusan peserta yang berasal dari perwakilan-perwakilan Dewan Pengurus Cabang (DPC), dan Dewan Pengurus Ranting (DPR) SPI se-Sumatera Utara, dan beberapa perwakilan Ormas dan LSM lainnya.