Pertemuan pemuda La Via Campesina region Asia Timur-Asia Tenggara II

Pertemuan Pemuda Via Campesina Asia-Timur-Asia Tenggara II kali ini diselenggarakan di Dili, Timor Leste sejak tanggal 25-30 Maret 2009. Pertemuan Pemuda I region ini diselenggarakan pada bulan Oktober 2007 lalu di Chiang Mai, Thailand. Dalam pertemuan ini HASATIL sebagai anggota Via Campesina di Timor Leste berlaku sebagai tuan rumah penyelenggara. Dalam Pertemuan Pemuda II kali ini diikuti oleh 9 organisasi dari 6 negara yaitu Indonesia, Timor Leste, Jepang, Korea Selatan, Filipina, dan Thailand serta 1 negara sebagai pengamat  yaitu Australia.

Agenda utama dalam pertemuan pemuda yang direncanakan untuk diselenggarakan dilakukan setahun sekali ini ialah untuk memilih 1 laki-laki dan 1 perempuan sebagai perwakilan pemuda region Asia Timur-Asia Tenggara dan menetapkan rencana kerja untuk 1 tahun ke depan. Pentingnya keterlibatan pemuda dalam organisasi tani karena pemuda merupakan tulang punggung pertanian di negara masing-masing serta juga merupakan kader-kader pemimpin organisasi di masa yang akan datang. Dari pertemuan pemuda ini terpilih lah Ayumi Kinezuka dari Nouminren Jepang dan Arsenio Pereira da Silva dari HASATIL Timor Leste sebagai perwakilan pemuda region Asia Timur-Asia Tenggara.

Salah satu rangkaian kegiatan dalam pertemuan pemuda ini dilaksanakanlah Seminar Internasional mengenai Peran Pemuda dalam Pertanian. Menariknya seminar internasional ini dilaksanakan di sebuah desa kecil bernama Desa Uma Kaduak, District Manatutu berjarak sekitar 1,5 jam perjalanan dari kota Dili, di tengah perkemahan pramuka pemuda tani. Seminar ini dihadiri pula oleh 4 orang menteri yaitu menteri pertanian, perikanan, lingkungan hidup serta menteri pemuda dan olahraga. Dalam seminar internasional ini para pembicara dari delegasi pemuda Via Campesina menyampaikan kondisi pertanian di negaranya serta masalah yang dihadapi para pemuda khususnya di pertanian.

Dari Indonesia, Marda Ellius anggota MNP yang menjadi salah satu perwakilan SPI dalam pertemuan ini menyampaikan keterlibatan pemuda dalam menegakkan hak asasi petani dan mewujudkan pembaruan agraria. Marda menyampaikan bahwa pemuda lah yang hampir selalu berada di barisan terdepan perjuangan ini, pemuda memiliki peranan penting sehingga suara mereka perlu untuk didengar. Selain itu untuk meningkatkan kapasitas pemuda dalam organisasi tentu tidak terlepas dari peran pendidikan. Marda menyampaikan bahwa salah satu langkah yang telah dilakukan SPI di Sumatra Selatan ialah melalui Sekolah Ibnu Falah untuk menampung anak-anak petani dimana selain mendapatkan kurikulum seperti di sekolah umum anak-anak petani ini juga mendapatkan pendidikan mengenai pertanian. Sementara ditingkat nasional telah dilakukan pendidikan pertanian organik selama 2 bulan yang diberikan kepada pemuda dari beberapa wilayah di Pusdiklat Pertanian Organik SPI di Bogor, Jawa Barat.

Sementara itu delegasi pemuda dari negara lain seperti Jepang dan Korea menyampaikan bahwa walaupun negara mereka dianggap sebagai negara maju tetapi tetap sulit bagi petani terutama untuk bertahan hidup di pedesaan. Perjanjian pasar bebas telah menghancurkan pertanian di negara ini sehingga bagi pemuda sangat sulit untuk terlibat dalam sektor pertanian.

Di Thailand dan Filipina kondisi yang hampir serupa dengan Indonesia juga terjadi, masalah tanah masih menjadi isu utama perjuangan. Kepemilikan tanah dan sumber agraria yang timpang menyebabkan pemuda tani harus mencari pekerjaan ke kota atau menjadi buruh migran di negara-negara lain. Sementara di Australia sendiri minat pemuda pada pertanian sangat kecil sedangkan di sisi lain ketergantungan pada makanan cepat saji (fast food) sudah berada di ambang yang sangat berbahaya bagi kesehatan dimana sekitar 1,5 juta penduduk Australia menderita obesitas, dimana 20-25 persen diantara nya ialah pemuda dan anak-anak.

Di Timor Leste sendiri dimana 80 persen penduduknya masih menggantungkan hidup pada pertanian minat pemuda untuk bekerja di sektor ini pun sudah semakin menipis. Kalaupun ada tidak ada dukungan dari pemerintah untuk membantu mereka bertahan di pedesaan. Upaya pemerintah untuk membangun pusat tenaga listrik dengan bahan bakar heavy oil justru menimbulkan masalah pencemaran lingkungan dan kesehatan bagi masyarakat sekitar belum lagi rusaknya perkebunan  kopi di daerah yang menjadi lokasi pembangunan pembangkit tenaga listrik ini. Pembangunan pembangkit listrik ini akan menyebabkan lebih dari 5200 keluarga petani kopi, padahal nantinya hanya perusahaan ini hanya akan menyerap 150 orang tenaga kerja.

Lebih lanjut penggunaan 100.000 ha lahan subur bagi perkebunan tebu untuk bahan baku agrofuel dan pengembangan 3000 ha benih hibrida di District Maliana telah memaksa petani bergeser dari praktek pertanian yang ramah lingkungan menjadi mekanisasi pertanian industri, hal ini menyebabkan berkurangnya pekerjaan di pedesaan dan memaksa petani untuk bekerja di kota atau di luar negeri sebagai buruh migran.

Delegasi pemuda dari negara-negara lain yang datang menginap selama dua hari di desa ini. Disini para pemuda saling berbagi mengenai pangan lokal dan melakukan kegiatan penanaman pohon bersama. Kegiatan reboisasi ini sebagai salah satu langkah melibatkan pemuda dalam kegiatan pelestarian lingkungan. Selama 1 minggu perkemahan pemuda tani anggota jaringan HASATIL menargetkan menanam sebanyak 3000 batang pohon di kawasan seluas 5 hektar. Reboisasi yang telah dilakukan sejak tahun 2004 di daerah ini telah berhasil mengurangi longsor dan juga menyuburkan lahan sehingga masyarakat sudah bisa kembali bertani di areal ini.

Dalam pertemuan pemuda ini juga diadakan workshop untuk menyusun rencana kerja kegiatan pemuda Via Campesina region Asia Timur-Asia Tenggara untuk 1 tahun ke depan. Dari hasil workshop tersebut permasalahan mendasar yang dihadapi pemuda di pedesaan ialah pemuda semakin jauh dari pertanian atau dipaksa untuk meninggalkan pertanian karena pertanian sudah tidak bisa lagi menjadi harapan hidup akibat semakin tergusurnya keluarga-keluarga tani digantikan oleh perkebunan dan perusahaan-perusahaan transnasional.

Urbanisasi dan migrasi pemuda tani untuk mencari pekerjaan menjadi isu bersama yang dihadapi pemuda tani di Indonesia, Thailand, Filipina, Timor Leste, bahkan Jepang dan Korea Selatan. Di Korea Selatan tingginya tekanan hidup masyarakat pedesaan telah mendorong banyaknya orang yang putus asa dan bunuh diri. Dalam 3 tahun terakhir tercatat 3000 orang petani melakukan bunuh diri karena tidak mampu menghadapi tekanan hidup akibat liberalisasi pertanian dan serbuan pangan murah hasil dari perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan negara-negara lain.

Dari sinilah dirasakan adanya kebutuhan mendesak untuk dilaksanakannya pendidikan bagi pemuda di pedesaan mengenai pertanian berkelanjutan dan juga mengenai pengolahan makanan untuk menigkatkan nilai ekonomi produk pertanian seperti yang telah dilakukan komunitas petani teh organik di Jepang. Sehingga untuk satu tahun ke depan difokuskan bagaimana mendorong organisasi tani di negara masing-masing untuk meningkatkan pendidikan bagi pemuda di pedesaan serta memperkuat peran pemuda di dalam organisasi. Pertukaran pengetahuan pangan lokal dan praktek pengolahan makanan juga harus dimajukan. Pada saat yang bersamaan komunikasi dan pertukaran informasi antar organisasi harus terus dilakukan, sehingga dapat saling mengetahui kegiatan yang dilakukan dan memberikan inpirasi satu sama lain.

Pada konferensi pers hari terkahir pertemuan Achmad Ya’kub Ketua Departemen Kajian Strategis Nasional SPI yang merupakan salah satu delegasi pemuda lainnya dari Indonesia menyampaikan kembali pentingnya penegakan hak asasi petani dan pelaksanaan pembaruan agraria dan mendorong pemerintah negara masing-masing untuk mengeluarkan kebijakan yang melindungi hak asasi petani dan menjamin pendistribusian tanah bagi para petani skala kecil dan petani tak bertanah. Berbagai konflik agraria yang terjadi di berbagai negara juga disebabkan karena hak asasi petani tidak dijamin dan dilindungi. Hal itu jugalah yang menyebabkan pemuda tani terpaksa pindah ke kota atau bermigrasi untuk mencari pekerjaan.

ARTIKEL TERKAIT
Galeri Foto: Pembukaan Kongres IV Serikat Petani Indonesia Galeri Foto: Pembukaan Kongres IV Serikat Petani Indonesia
Galeri Foto: Aksi Tolak WEF Galeri Foto: Aksi Tolak WEF
SPI Usulkan Lahirnya UU Hak Asasi Petani dan Penyelesaian Ko...
Peternak Unggas Lokal Sulit Bersaing dengan Asing
BERIKAN KOMENTAR ...

INFO TERBARU