Pidato Delegasi La Via Campesina dalam Malam Penutupan Perayaan Tahun Internasional Pertanian Keluarga Tani

Perayaan IYFF di Manila

JAKARTA. Organisasi Pangan Dunia (FAO) telah menetapkan tahun 2014 sebagai Tahun Internasional Pertanian Keluarga. Berdasarkan hal tersebut, Serikat Petani Indonesia (SPI) yang menjadi anggota La Via Campesina  (organisasi petani internasional) diundang dalam puncak perayaan tahun internasional pertanian keluarga tani yang diselenggarakan di Makati City, Filipina (27/11).

Dalam acara tersebut dua orang delegasi La Via Campesina yakni Kannayian Subramaniam dari SICCFM India (South Indian Coordination Committee of Farmers Movements) dan Zainal Arifin Fuad dari SPI menyampaikan pidatonya dalam penutupan acara ini.

Berikut terjemahan pidatonya:

“Yang terhormat, para anggota dewan dan para delegasi.”

“Saya mewakili La Via Campesina, sebuah gerakan dunia terbesar yang terdiri atas keluarga petani, masyarakat adat, nelayan dan produsen pangan skala kecil.”

“Di seluruh penjuru dunia, petani skala kecil terus tumbuh dan mendistribusikan makanan sehat di komunitas mereka dan memberi makan dunia. Mereka memang keluarga petani yang memberi makan lebih dari 75 persen populasi dunia. Oleh karena itu sangat penting dalam perayaan peringatan Tahun Internasional Keluarga Petani ini, kita meningkatkan perhatian terhadap sektor yang penting dan krusial ini.”

“Hal ini kontras dengan industri pangan komersial, yang prioritasnya adalah keuntungan dan spekulasi, yang strateginya adalah membuat pertanian semakin tergantung pada bahan beracun. Selanjutnya korporasi pangan tersebut akan terus meningkatkan penjualan dan keuntungannya dan menyebabkan kerusakan sumber daya alam dan produksi pangan petani kecil yang berbasiskan keluarga.”

“Kita sama-sama telah menyaksikan krisis pangan dunia yang parah, yang (akhirnya) menaruh perhatian terhadap petani berdasarkan produksi pangannya dan pemberantasan kelaparan dalam agenda PBB. PBB telah mengakui peran penting bahwa petani kecil, baik perempuan dan laki-laki punya peran penting tugas yang berat ini.”

“Selama Tahun Internasional Pertanian Keluarga ini, La Via Campesina menawarkan proposal kebijakan dalam kerangka kedaulatan pangan, dibangun oleh petani kecil. Istilah pertanian keluarga sangat luas, dan dapat mencakup hampir setiap model pertanian produksi pangan. Istilah tersebut bisa meliputi petani (produsen) skala kecil dan skala besar (dengan lahan pertanian yang meliputi ribuan hektar), begitu juga produsen skala kecil yang seluruhnya tergantung pada sektor swasta, melalui pertanian kontrak atau bentuk lain dari eksploitasi ekonomi, hingga yang dipromosikan melalui konsep-konsep seperti “rantai nilai”. Inilah sebabnya mengapa La Via Campesina mengartikan pertanian keluarga sebagai pertanian berbasiskan petani kecil, pertanian berbasiskan agroekologi, yang bertentangan dengan pertanian skala besar, industri, pertanian beracun a la agribisnis, yang mengusir dan menewaskan petani kecil dan melakukan perampasan lahan di dunia.”

Perayaan IYFF

“Selama Tahun International Pertanian Keluarga yang dicanangkan oleh PBB ini, kami ingin menarik perhatian para delegasi di forum internasional ini untuk mencatat kasus bunuh diri yang menimpa keluarga petani di seluruh dunia dengan referensi khusus ke India di mana hampir 300.000 petani sejak tahun 1995 sampai saat ini telah melakukan bunuh diri karena krisis agraria yang parah. Daerah pedesaan India telah menjadi kuburan bagi para petani yang bunuh diri akibat tingginya kontrol perusahaan atas pertanian dan akibat kekuatan pasar destruktif yang difasilitasi oleh WTO dan perjanjian perdagangan bebas (FTA), serta akibat kurangnya perlindungan negara untuk petani kecil. Pembebasan lahan yang cepat di India dan berbagai bentuk pengalihfungsian lahan di seluruh dunia dengan mengacu ke Afrika dan Amerika Latin untuk keperluan industri dan industri pertanian akan membuat jutaan petani kehilangan lahannya dan mata pencaharian mereka di bawah ancaman serius.”

“Di berbagai penjuru dunia, seperti Thailand contohnya, yang berada di bawah pemerintahan militer yang otoriter, masyarakat adat dan petani yang tinggal hutan yang digusur atau di bawah ancaman konstan penggusuran perlu segera dihentikan. Hutan bukanlah tempat bagi korporasi dan industri.”

“Selama Tahun Internasional Pertanian Keluarga, kami juga harus mengakui bahwa banyak dari sesama kami petani mengalami kriminalisasi karena berjuang mempertahankan lahannya. Dalam banyak kasus, kami selalu ditekan dari berbagai penjuru dan lagi pada tahun 2014 ini banyak pemimpin tani kami yang menjadi korban represi brutal dan bahkan tewas dalam konflik atas tanah dan wilayah dengan investor besar dan perusahaan transnasional yang ingin menendang kami keluar dari lahan kami, menghancurkan mata pencaharian dan menggiring kami menjadi masyarakat fakir miskin di pedesaan.”

“Selama Tahun Internasional Pertanian Keluarga ini banyak perdebatan dan diskusi telah terjadi. Kita tahu pentingnya sektor ini, kita tahu masalah yang petani hadapi dan kita juga tahu apa kebijakan yang diperlukan untuk memperkuat sektor ini.”

“Kami menghargai keterlibatan lembaga-lembaga internasional, pemerintah nasional dan aktor masyarakat sipil. Tapi sekarang sudah tiba saatnya untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan yang diperlukan dan membuat sumber daya yang tersedia yang diperlukan untuk memperkuat dan mendukung pertanian keluarga.”

“La Via Campesina mengusulkan kebijakan berikut untuk memperkuat pertanian keluarga:

  • “Akses dan kontrol atas sumber daya produktif seperti tanah, air, benih dan keuangan oleh petani dan produsen makanan kecil lainnya.”
  • “Ada kebutuhan mendesak di banyak negara untuk melaksanakan pembaruan agraria yang Integral termasuk demokratisasi tanah, dan penciptaan lapangan kerja langsung, perumahan dan produksi pangan. Kami menganggap bahwa konsep reforma agraria yang integral tidak harus terbatas pada redistribusi tanah. Kita perlu pembaruan agraria Integral yang menawarkan hak penuh atas tanah, yang mengakui hak-hak hukum penduduk asli atas wilayah mereka, yang menjamin akses masyarakat nelayan dan kontrol terhadap perikanan dan ekosistem, dan yang mengakui hak akses dan kontrol atas rute perpindahan ternak dan padang rumput.”
  • “Segera menghentikan diskriminasi petani perempuan dan buruh tani. Realisasikan hak yang sama bagi petani perempuan dan buruh tani perempuan, mereka harus memiliki hak yang sama seperti rekan-rekan pria mereka.”
  • “Mendukung akses bagi kaum muda untuk pertanian (akses terhadap tanah, kredit, program pelatihan agroekologi).”
  • “Memprioritaskan sistem pangan lokal dan pasar dan stabilisasi pasar untuk mewujudkan harga yang adil bagi petani dan konsumen; Kontrol impor, pengadaan publik, memegang saham publik dan distribusi pangan masyarakat merupakan kunci dalam hal ini.”
  • “Pengakuan hak-hak petani kecil, dan melindungi mereka dari korporasi pangan, perampasan tanah dan produksi agrofuel skala besar.”
  • “Menjalankan metode produksi berbasiskan agroekologi dan petani kecil. Metode ini sangat penting karena memanfaatkan sumber daya lokal dan kontribusi penting untuk solusi krisis iklim.”

“Sangat penting bahwa pemerintah nasional mengambil tantangan ini, bahwa mereka mengambil inisiatif untuk menghentikan perampasan tanah, perampasan air dan bibit; bahwa mereka mempromosikan kebijakan yang menjamin kedaulatan angan, keanekaragaman hayati dan benih petani, dan bahwa mereka meningkatkan akses terhadap tanah dan air; bahwa mereka mengakui hak-hak petani mengenai produksi, reproduksi dan pertukaran benih tradisional mereka, jaminan agro-biodiversitas dan otonomi petani; dan bahwa mereka meningkatkan dukungan dan investasi publik untuk produksi berbasis petani kecil, dan jaminan pasar dan perdagangan yang adil.”

“Kami mendesak pemerintah untuk menerapkan Pedoman yang Bertanggung jawab atas Kepemilikan Tanah, Perikanan dan Kehutanan, dan keputusan penting lainnya dari Komite Ketahanan Pangan Dunia (CFS), dan bahwa mereka mengadopsi Deklarasi PBB tentang hak asasi petani. Selain itu, kami mendesak agar mereka melaksanakan Perjanjian Internasional tentang Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian, dan bahwa mereka menghentikan negosiasi untuk perjanjian komersial baru, khususnya TTIP yang (Perdagangan Trans-Atlantik  dan Investasi Kemitraan) atau TPP (Trans-Pacific Partnership) karena ini merusak dan melemahkan produksi pangan berbasis petani.”

“Dalam tahun-tahun mendatang kita harus terus bekerja ke arah ini. Kita harus bekerja menuju kedaulatan pangan, menuju cara produksi yang akan menciptakan lapangan kerja, menyediakan makanan yang sehat, dan menghormati sumber daya alam. Kami menyerukan untuk menciptakan aliansi antara pedesaan dan kota, yang mungkin menghidupkan kembali martabat petani dan menyoroti kontribusi yang besar untuk produksi pangan; kita perlu perubahan politik yang penting, baik untuk meja kita dan baik untuk lahan kita. Dan kami menyerukan kepada pemerintah nasional dan lembaga internasional untuk mengambil tanggung jawab mereka dan mendukung tantangan impor ini.”

“Saya ingin mengakhiri pidato dengan mengutip pernyataan dari Mahatma Gandhi, There is enough for everyones need and not enough for everyones greed (Ada cukup untuk kebutuhan setiap orang, tapi tidak pernah cukup untuk keserakahan seseorang).”

ARTIKEL TERKAIT
Ode dari Petani untuk Franky Sahilatua
SPI Sumsel Selenggarakan Muswil di atas Lahan Perjuangan
Deklarasi Konferensi Internasional Hak Asasi Petani
SPI Tolak OECD Intervensi Kebijakan Pertanian Indonesia SPI Tolak OECD Intervensi Kebijakan Pertanian Indonesia
BERIKAN KOMENTAR ...

INFO TERBARU