Rangkaian Kegiatan SPI pada Peringatan Hari Pangan Sedunia ke-30

LOMBOK TENGAH. Dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia yang ke-30, Serikat Petani Indonesia (SPI) melaksanakan berbagai rangkaian kegiatan yang dipusatkan di Nusa Tenggara Barat (NTB). Kegiatan tersebut diawali dengan ambil bagiannya SPI pada stand Kampung Mandiri pada Pameran Nasional Hari Pangan Sedunia  yang dilaksanakan di Kecamatan Puyung, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara barat (20/10). Dalam pameran tersebut salah seorang kader SPI dari Dewan Pengurus Cabang (DPC) Lombok Utara turut mendemontrasikan pembuatan pupuk cair kepada pengunjung yang memadati stand Kampung Mandiri tersebut.

Puncaknya pada 23 oktober, SPI meilaksanakan seminar nasional bersama dengan Solidaritas Perempuan (SP) NTB dalam memperingati hari pangan sedunia dengan tema “ Petani Perempuan Pelindung Benih Lokal,dalam menegakkan kedaulatan Pangan”.

Wilda Tarigan, Ketua Departemen Petani Perempuan SPI menyatakan bahwa seminar ini bertujuan untuk mengajak semua pihak supaya menghidupkan kembali budaya penyimpanan benih dan pemuliaan bibit yang secara turun-temurun menjadi pengetahuan dan kearifan lokal yang dimiliki oleh petani perempuan.

“ Namun nyatanya, teknologi pertanian yang dikembangkan oleh penganut revolusi hijau telah mencampakkan berbagai tradisi dan ritual yang menjadi kebanggaan petani perempuan” ungkap Wilda.

Seminar tersebut juga mengahdirkan narasumber dari Badan Ketahanan Pangan NTB dan Dinas Pertanian NTB yang menyebutkan bahwa perlu untuk menerapkan pangan yang beragam yang tidak terpaku pada konsumsi pokok beras, dan akan sangat efektif bila diterapkan  pada anak-anak sejak usia dini, karena ini diyakini lebih efektif ketimbang menerapkannya pada orang dewasa.

Seminar ini juga dimeriahkan dengan teatrikal budaya pemuliaan benih dan ritual turun taman dalam adat Suku Sasak, yang dibawakan oleh para petanipetani perempuan adat Sasak.

Selanjutnya, rangkaian kegiatan peringatan Hari Pangan di NTB ini ditutup dengan dialog interaktif selama dua jam di salah satu stasiun radio lokal yang cukup mendapat respon positif dari para pendengar radio tersebut.

“ Komitmen pemerintah untuk mengatasi persoalan pangan melalui kebijakan ketahanan pangan ternyata tidak mampu mengatasi persoalan krisis pangan saat ini, kebijakan tersebut terbukti gagal.  Maka, Pemerintah harus segera mengadopsi konsep kedaulatan Pangan dalam kebijakan pangan di Indonesia, dan segera melaksanakan pembaruan agraria yang merupakan syarat utama teratasinya semua persoalan pangan di Indonesia” tegas Wilda yang menjadi narasumber pada dialog tersebut.

ARTIKEL TERKAIT
Hak Asasi Petani (Kembali) Diperjuangkan di Sesi ke-7 Dewan ...
Menantang dan Menghapuskan Kekuatan Korporat: Forum Masyarak...
Ini Dia Isi Rapat Dengar Pendapat DPR Sumatera Utara tentang...
Petani, Nelayan, Buruh dan Gerakan Masyarakat Sipil Lainnya ...
BERIKAN KOMENTAR ...

INFO TERBARU